PASKAH : Bangkit dan Berjalan Bersama, Dalam Kasih dan Pengharapan
Paskah adalah bukti dari kasih, kuasa sekaligus keadilan Allah. Tak akan ada yang terlalu berat dalam hidup ini jika kita mengingat betapa besar dan luar biasa janji-Nya untuk kita. Melalui Yesaya, Dia berjanji menjadikan semuanya baru. Kita juga mendengar dari Kisah Para Rasul, bahwa keselamatan tersedia bagi semua orang. Dan dari Injil Lukas kita diingatkan betapa kebangkitan Kristus membawa perubahan. Oleh sebab itu, mari kita lanjutkan hidup kita dengan hati yang penuh sukacita dan pengharapan, karena Kristus telah bangkit. Maut sudah dikalahkan dan hidup kita diperbarui.
Allah adalah Sang Pencipta yang penuh kasih, namun di saat yang sama Ia tidak pernah kehilangan sifat keadilan-Nya. Mahkluk ciptaan-Nya memang telah kehilangan kekudusannya karena kuasa dosa, namun Allah menawarkan jalan keselamatan melalui penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus untuk langit dan bumi yang baru. Keselamatan ini bersifat universal, melampaui segala batas agama, budaya, dan gender. Kebangkitan Kristus membaharui kehidupan.
Dalam konteks Tahun Yubileum 2025 yang mengangkat tema “Peziarah Pengharapan”seperti halnya terhadap bangsa terpilih. Tuhan menghendaki dan menuntun kita di jalan yang sulit, semenjak dari perbudakan di Mesir menuju kepada kebebasan di tanah terjanji. Perjalanan dan penyertaan Tuhan, itu menyatakan bahwa Tuhan sungguh mengasihi umatnya dan tetap setia kepada mereka meskipun dalam perjalanan itu umatnya seringkali tidak percaya, kurang percaya, kawatir, cemas, ragu-ragu, bimbang, bahkan mencela Tuhan sendiri.
Kenyataan hidup saat ini yang penuh dengan tantangan: ketidakpastian, ekonomi yang sulit, pemutusan hubungan kerja, biaya hidup yang tinggi, dan berbagai bentuk ketidakadilan. Dalam situasi seperti ini banyak orang terjerat oleh kesulitan dan menjadi “budak keadaan”. Maka dalam masa Paskah dan Tahun Yubileum ini, umat Katolik diajak untuk menyadari kembali martabat baptisan yang menjadikan setiap pribadi sebagai Imam, Nabi, dan Raja dengan mendewasakan hidup ber-paroki, hidup meng-Gereja, hidup ber-lingkungan.
Bertolak
dari penghayatan kita sebagai Imam yang meng-kuduskan, nabi yang mewartakan
kebenaran injil, dan raja yang menggembalakan segala aspek perubahan ini. Kita
semua menghayati hidup sebagai perjalanan bersama dalam ziarah menuju hidup
yang lebih baik, hidup yang lebih berkenan kepada Tuhan. Maka dalam hidup
seperti ini, kita harus tetap menerima dan menghidupi berkat Allah karena
rahmat baptis, sehingga kita tetap dalam situasi sulit menjadi berkat bagi sesama.
Karena kekuatan kasih dan pelayanan sebagai inti dari kebangkitan Kristus. Ia
menekankan bahwa pelayanan tidak bisa dipisahkan dari kasih. Hal itu
diteladankan dalam peristiwa Kamis Putih, di mana Yesus membasuh kaki para
murid.
Kasih persudaraan adalah ‘bohong’ tanpa pelayanan kasih, itulah kekuatan utama dalam berjalan bersama dalam membangun persekutuan umat, persekutuan jemaat, kerjasama dengan orang lain, adalah sia-sia membuat putus asa ketika tidak ada semangat kasih persaudaran dan pelayanan. Kasih dan imanlah yang menjadi daya energi kekuatan agar pengharapan tidak mati. bahkan ketika sengat dosa dan jerat belenggu penderitaan telah menyalibkan, bahkan membunuh kita sekalipun.
Paskah
juga mengajak umat untuk menjaga lilin iman dan kasih tetap menyala, serta
membagikan terang pengharapan itu kepada sesame dengan bangkit, berjalan
bersama dalam kasih dan pengharapan dengan siapapun bersama siapa pun yang
berkehendak baik. @memetjohan
Komentar
Posting Komentar