KASIH DALAM KEBERAGAMAN

 


    Gereja Katolik adalah gereja yang hidup dalam kasih. Yesus menghendaki agar kasih-Nya selalu ada dan tersedia dalam hidup orang percaya. Kasih yang berakar dari penyangkalan diri dan rasa syukur terhadap Kristus. Saling mengasihi adalah identitas diri setiap orang yang percaya kepada-Nya. Membangun hidup persekutuan dengan semangat saling mengasihi, sebagai kesaksian Yesus itu Tuhan dan Juruselamat. Kasih harus dipraktekkan, bukan sekedar teori. Harus melekat dalam gaya hidup, menjadi ciri khas setiap murid. Yesus memberi pengajaran dan sekaligus teladan. Hidup Yesus adalah teladan bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. 

    Salib di bukit Golgota adalah bukti kasih yang tiada tara. Kasih Agape harus menjadi identitas orang percaya. Orang mengenal sebagai murid Tuhan, bukan karena pakaian atau rajin beribadahnya. Bukan sekedar kata-kata berbau agama yang dilontarkan, atau banyaknya ayat Kitab Suci yang dikutip dan dihafalkan. Bukan pula jabatan yang disandang dalam gereja. Identitas murid Kristus diukur dari relasi penuh kasih mesra dengan Tuhan dan sesama. Kasih Tuhan Yesus terlalu tinggi, dalam dan luas untuk dibicarakan. Hanya dengan mempraktekkan kasih Agape, dapat menjadi saksi Tuhan yang berguna. Semoga  bertanggungjawab atas iman yang diucapkan, melalui perbuatan kasih yang nyata.

    Kalau ditanya apa pengertian dari mengasihi, tentu ada banyak jawaban yang dapat diberikan, sesuai dengan pengetahuan atau pengalaman hidup masing-masing. Ketika memberi bingkisan makan siang kepada pemulung, misalnya, itu dapat diartikan itulah mengasihi. Atau, meluangkan waktu untuk mengunjungi orang sakit, itu pun juga bisa wujud mengasihi.

    Mengasihi adalah ungkapan isi hati, yang dapat diwujudkan lewat tutur kata atau tindakan. Tindakan kasih adalah apa pun dapat dilakukan atau berikan untuk siapa saja, kapan saja, di mana saja, situasi apa saja demi kebaikan orang lain. Seperti dalam bacaan pertama, ketika Paulus dan Barnabas memberitakan Injil dan mendapati banyak orang yang sedang dalam kesengsaraan, mereka berdua menunjukkan sikap kasihnya kepada jemaatnya. Bentuk kasih mereka berdua adalah menguatkan hati dan menasihati para jemaat di kota itu untuk bertekun di dalam iman. Sementara itu dalam bacaan kedua, digambarkan sikap kasih dari Allah bagi umat manusia, yang ditunjukkan dengan tindakanNya:  yaitu akan menghapus segala air mata, dan maut tidak akan ada lagi, tidak akan ada lagi perkabungan, ratap tangis atau dukacita. Allah akan menjadikan segala sesuatu baru! Itulah bentuk mengasihi, yang dilakukan oleh Tuhan kepada. Lalu, apa bentuk mengasihi yang dapat lakukan untuk orang lain?

    Sebagaimana Yesus sendiri taat pada perintah Allah Bapa, yakni mengasihi Allah dengan sepenuh jiwa ragaNya, bahkan sampai Ia wafat di kayu salib. Maka, sebagai orang beriman, terlebih sebagai pengikutNya, menjalankan perintah Yesus tersebut, walau tidak mudah, namun harus dilakukan. Lakukanlah perintah mengasihi itu dengan menunjukkan tindakan kasih dengan nyata dan tulus kepada orang-orang yang paling dekat dengan, misalnya: pasangan sendiri, anggota keluarga, tetangga, atau warga lingkungan yang sedang berkesulitan, dan banyak contoh lainya. Dengan mengasihi secara nyata, maka telah menunjukkan kasih Allah itu sendiri. Karena Allah adalah kasih, untuk itu tunjukkan identitas sejati sebagai orang Kristiani yang beriman, dengan melaksanakan perintah Yesus untuk saling mengasihi.

    Dalam inti ajaran Katolik, kasih bukanlah sekadar emosi sesaat, melainkan sebuah perintah dan sekaligus identitas seorang pengikut Kristus. Yesus sendiri dalam Injil Yohanes 13:34-35 bersabda, "Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

    Perintah "saling mengasihi" ini bukan sekadar anjuran, melainkan fondasi dari kehidupan beriman. Kasih yang dimaksud di sini adalah kasih agape, kasih tanpa syarat, kasih yang rela berkorban, seperti kasih Kristus. Ini adalah kasih yang melampaui perasaan suka atau tidak suka, yang menjangkau bahkan mereka yang sulit untuk dikasihi.

    Bagaimana dapat mengamalkan kasih seperti Kristus?

a.  Kasih yang Aktif dan Konkret: Kasih Kristus tidak hanya berupa perkataan, tetapi tindakan nyata. Ia menyembuhkan orang sakit, memberi makan yang lapar, dan bergaul dengan mereka yang dianggap hina. Demikian pula, kasih harus terwujud dalam tindakan nyata, sekecil apapun. Memberikan senyuman tulus, mendengarkan dengan penuh perhatian, membantu sesama yang membutuhkan, adalah beberapa contohnya.

b.  Kasih yang Mengampuni: Kristus mengajarkan untuk mengampuni, bahkan mereka yang menyakiti. Pengampunan memang tidak mudah, namun inilah wujud tertinggi dari kasih. Dengan mengampuni, membebaskan diri dari belenggu kepahitan dan membuka ruang bagi rekonsiliasi.

c.   Kasih yang Merangkul Semua: Kasih Kristus tidak terbatas pada orang-orang tertentu. Ia mengasihi semua orang, tanpa terkecuali.  pun dipanggil untuk memiliki hati yang terbuka bagi semua orang, tanpa memandang perbedaan suku, agama, status sosial, atau latar belakang lainnya.

d.  Kasih yang Rela Berkorban: Kasih Kristus mencapai puncaknya dalam pengorbanan di kayu salib. Ini mengajarkan bahwa kasih sejati terkadang membutuhkan pengorbanan diri, mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.

    Mengamalkan kasih dalam kehidupan sehari-hari mungkin tampak sederhana, namun seringkali menjadi tantangan. Dimulai dari keluarga, lingkungan terdekat, hingga masyarakat luas, setiap interaksi adalah kesempatan untuk mempraktikkan kasih. Kesabaran terhadap kekurangan orang lain, kerelaan untuk berbagi, dan kemampuan untuk melihat Kristus dalam diri setiap orang adalah wujud nyata dari kasih.

    Prinsip inti iman  sebagai umat Katolik yaitu tentang kasih. Kasih adalah fondasi yang kuat untuk membangun kebersamaan dalam keberagaman.

Pertama, Yesus mengajarkan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi . Ini adalah panggilan untuk mencintai Tuhan dengan sepenuh hati. Ini berarti harus menempatkan Tuhan sebagai pusat dalam hidup, mengabdikan diri kepada-Nya, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati berarti harus menerima panggilan untuk hidup dalam kekudusan, dengan memberikan seluruh diri kepada-Nya.

Kedua, Yesus mengajarkan kepada  untuk mengasihi ‘sesamamu manusia seperti dirimu sendiri’. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam cinta kasih yang aktif. Perintah ini mencerminkan ajaran Yesus tentang kasihnya kepada sesama. Ia memberi contoh nyata dalam hidup-Nya, mengasihi orang-orang yang dianggap terbuang, melayani mereka, dan mengampuni dosa-dosa mereka. Dia bahkan mengorbankan hidup-Nya di kayu salib sebagai tanda cinta yang paling besar.

    Pesan yang disampaikan oleh Yesus dalam perikop ini, bahwa kasih adalah hukum tertinggi. Semua hukum dan ajaran dalam Taurat dan dalam iman Kristiani dapat disimpulkan dalam dua perintah ini: mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Kasih adalah akar dari semua perintah dan prinsip dalam Gereja Katolik. Ketika mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, akan hidup sesuai dengan kehendak-Nya, dan ketika mengasihi sesama seperti diri sendiri, akan mencerminkan kasih Kristus kepada dunia.

    Untuk mewujudnyatakan Kasih yang seperti diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam hidup keseharian adalah dapat menciptakan Kasih itu dalam Keberagaman. Hal ini mengingatkan untuk melihat sesama sebagai saudara dan saudari seiman, meskipun berbeda. Kebersamaan dalam keberagaman mengajarkan untuk menerima dan menghormati perbedaan, sebagaimana Yesus mengajarkan untuk mencintai sesama manusia.  diundang untuk menanamkan kasih sejati dalam setiap tindakan dan kata-kata.  diingatkan bahwa kebersamaan dalam keberagaman bukanlah hanya slogan, tetapi panggilan untuk hidup sebagai umat Kristus yang mengasihi dengan tulus.

    Penting untuk memahami bahwa kasih ini bukan hanya perasaan atau emosi semata. Ini adalah tindakan nyata yang memerlukan pengorbanan. Kasih sesama melibatkan memberikan kepada yang membutuhkan, mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian, dan memaafkan orang yang telah melukai. Kasih Tuhan melibatkan pengabdian kepada-Nya dan hidup sesuai dengan nilai-Nya.

    Dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Katolik, harus selalu mengingat dua hukum ini dan harus menjadi pedoman bagi setiap tindakan dan keputusan   harus selalu bertanya pada diri sendiri apakah apa yang lakukan mencerminkan kasih kepada Tuhan dan sesama. Ini akan membantu menjalani kehidupan yang kudus dan berarti.

    Dalam dunia yang sering kali penuh dengan perbedaan dan konflik, pesan Yesus ini sangat relevan. Ketika mengasihi sesama seperti diri sendiri, dapat membangun persatuan dan perdamaian.  dapat mengatasi perbedaan dan membangun masyarakat yang lebih baik. Kasih adalah kunci untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dunia saat ini. @memet_johan

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKOTEOLOGI; Harmoni Antara Spiritualitas dan Lingkungan

MENJADI KATOLIK, MENJADI INDONESIA