PEMULIHAN IMAN
Setiap kita pasti pernah berada dalam situasi yang tidak kita rencanakan. Kadang situasi itu menempatkan kita pada posisi yang lemah dan tak berdaya. Misalnya ketika kita sakit, mengalami pergumulan yang berat, gagal dalam berbisnis, mengalami situasi rumah tangga yang tidak sesuai harapan. Kehadiran orang lain yang tulus mau memperhatikan, tidak menghakimi, bersedia mendengar, bahkan mungkin memberi pandangan-pandangan yang mengarahkan kita pada solusi, tentu terasa sangat menyejukkan kita. Setiap orang, sekuat apapun dia, suatu ketika butuh sahabat untuk menemaninya dalam menghadapi kehidupan. Mungkin saat-saat ini kita sedang berada dalam keadaan yang serba sulit. Dan tentunya setiap orang ingin agar keadaannya semakin lebih baik dari waktu sebelumnya. Bacaan kita hari ini mengkisahkan bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkan Bartimeus. Bartimeus adalah seorang yang buta, karena keterbatasannya ini, tidak ada pekerjaan yang dia bisa lakukan selain mengemis. Namun hari itu mujizat terjadi dalam hidupnya ketika dia berjumpa dengan Yesus.
Sasaran kasih Tuhan itu adalah umat. Idealnya jika umat itu dikasihi harusnya mereka selalu ada pada situasi yang menyenangkan, hidup dalam damai sejahtera, dan jauh dari keprihatinan. Tetapi perjalanan umat sejak mereka diambil menjadi umat pilihan tidak selalu dalam situasi yang ideal. Mereka seringkali jatuh dalam penderitaan, mulai dari mereka terusir dari taman Eden hingga harus menjalani hidup dalam perbudakan, baik itu oleh bangsa Mesir maupun bangsa Babel. Bahkan sampai pada puncaknya, umat harus hidup dalam ancaman maut kekal oleh akibat kesalahan dan dosa mereka sendiri.
Kasih Tuhan tidak berkesudahan, kalimat ini sesuai dengan apa yang mereka alami, meskipun umat kerap kali berkhianat, meninggalkan Tuhan, dan hidup dalam dosa kemudian jatuh dalam penghukuman yang menghadirkan keterpurukan, Tuhan tidak pernah sekalipun meninggalkan mereka. Melalui para nabi yang diutus-Nya, Tuhan selalu memberikan nasihat agar mereka mau kembali kepada-Nya. Para nabi memberikan motivasi dan semangat untuk berpulih dan menjanjikan kepada mereka damai sejahtera di tanah mereka sendiri. Bahkan Tuhan Allah sendiri berkenan mengulurkan tangan-Nya sebagai wujud pertolongan, berkenan berkarya sendiri dalam perwujudan Sang Mesias (Yesus Kristus) yang bertindak sebagai penebus, Imamat, dan penyelamat yang sempurna.
Yesus dalam karya pelayanan-Nya hadir sebagai sahabat bagi mereka yang lemah dan mereka yang jatuh dalam keprihatinan hidup. Ia bukan hanya hadir dengan ketulusan tetapi hadir dengan kasih yang besar. Kasih yang tidak menghakimi, tidak memandang perbedaan dan batasan-batasan yang dibuat oleh manusia. Kasih seperti yang ditunjukkan Yesus ini bukan hanya memulihkan mereka yang lemah secara fisik namun juga menyembuhkan jiwa mereka yang hancur. Seperti yang Dia lakukan kepada Bartimeus, Yesus tidak hanya menyembuhkan matanya yang buta tetapi juga iman dan kepercayaannya dipulihkan, jiwanya disembuhkan, dan ia kemudian menyerahkan hidupnya bagi Tuhan.
Pelajaran penting untuk kita, khususnya ketika kita menghadapi persoalan-persoalan hidup, seperti sakit, derita, dan mungkin kita punya kebutuhan khusus. Kita barangkali mengikuti seruan Bartimeus: Kasihanilah aku, ya Tuhan... kasihanilah aku, Tuhan. Doa pertama-tama adalah relasi cinta antara kita dengan Tuhan. Doa bukan pertama-tama memaksa Tuhan memenuhi apa yang kita inginkan. Ketika kita membiarkan Tuhan melaksanakan kehendak-Nya dalam diri kita, pada saat itulah kita mendapatkan apa yang kita rindukan. Doa bukan mendikte Tuhan! Kita kerap kali punya konsep yang keliru dalam berdoa. Kita ngotot minta ini dan mima itu, tetapi kita lupa bahwa doa itu adalah buah dan belas kasih Tuhan kepada kita. Kehendak Tuhan kadang kala berbeda dengan apa yang kita inginkan maka biarkan Tuhan melakukan yang terbaik untuk hidup kita.
Pengalaman Bartimeus ini juga mengajar kita bahwa melalui keterbatasan indra yang kita miliki, kita pun masih dapat mengenal Yesus. Anggota keluarga kita yang mempunyai kebutuhan khusus dapat mengenal Tuhan Yesus melalui cara mereka yang unik. Kita tidak boleh menjauhkan mereka dari iman dan Gereja serta kehidupan bermasyarakat, tetapi justru mesti membantu mereka agar hak-hak mereka dipenuhi; membantu mereka tumbuh secara manusiawi dan semakin beriman.
Bartimeus
buta secara jasmani, tetapi tidak secara rohani. Mata rohaninya jelas terbuka.
Ia dapat melihat Yesus sebagai Mesias yang berkuasa. Hal ini memalukan bagi
orang-orang yang melihat secara jasmani, namun tidak pernah memercayai Yesus
dan kuasa-Nya. Ada-ada saja dalih yang dikemukakan untuk menolak-Nya.
Berkali-kali mereka menyaksikan bahkan mengalami mukjizat, namun tetap saja
mereka tidak mau menerima dan percaya kepada Yesus sepenuhnya.
Iman
kepada Tuhan memampukan seseorang melihat segala sesuatu dengan mata rohani
yang jernih. Di balik penderitaan yang dialaminya, Bartimeus mampu melihat,
mengalami, menyelami serta memaknai penderitaan itu sebagai sebuah perjalanan
hidup penuh arti. Bartimeus mengakhiri pergumulan hidupnya dengan merefleksikan
hidupnya dalam terang jawaban Allah. (memet_johan)
Komentar
Posting Komentar