TUHANLAH GEMBALAKU


Injil Yohanes 10;27-30 ”Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanagnKu. BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu”.

Dikenal oleh orang lain, apalagi dikenal dengan namanya sungguh merupakan pengalaman yang amat menyenangkan. Mengenal nama adalah tanda perhatian dan tanda kasih sayang. Sebaliknya melupakan seseorang itu dapat berarti menganggap orang itu tidak penting lagi bagi kita. Namanya sudah tercoret atau terhapus dari ingatan dan hati kita, ia sudah berada di luar wilayah perhatian dan kasih sayang kita. Memang setiap orang memiliki kemampuan daya ingat yang berbebda-beda, namun yang saya maksudkan disini adalah bahwa mengingat seseorang, apa itu bentuk fisiknya, apalagi ingat namanya akan memiliki nilai lebih bagi satu bentuk komunikasi dengan sesama.

Pada jaman sekarang ini boleh dikatakan sebagian besar hidup manusia semakin terpisah-pisah, semakin sendiri-sendiri atau individual. Orang merasa semakin sepi dalam hidupnya. Mungkin inilah akibat dari kemajuan tehnologi, dimana bisa membikin orang memiliki budaya instan, hasil-hasil tehnologi menawarkan berbagai fasilitas yang semakin mempermudah orang untuk berkomunikasi. Lihat saja bagaimana begitu dahsyatnya perkembangan dunia telekomunikasi, tidak hanya tulisan dan suara saja sekarang yang bisa dikirim lewat dunia maya, tetapi fasilitas 4G telah membuat orang bisa berkomunikasi seakan tiada batas ruang dan waktu. Kemajuan dunia tehnologi dan peradaban yang pasti banyak nilai positifnya, namun ternyata juga memiliki efek negatif yakni bisa menjadikan manusia-manusia yang individual dan anonim. Karena berbagai perbedaan pekerjaan dan kesibukan, kita bisa semakin terasing dengan dunia sekitar kita bahkan akibat yang sangat fatal lagi adalah kita bisa teralienasi dari dunia kita. Berapa banyak Bapak-bapak yang merasa sepi dan terasing di tempat kerjanya, ibu-ibu yang merasa sepi sendiri di rumah, berapa banyak anak-anak muda yang merasa sepi yang akhirnya mencari keramaian di ruang publik. Sering kita merasa sepi dan sendiri dengan berbagai persoalan hidup masing-masing. Pada saat-saat seperti itu kita membutuhkan teman untuk berbagi rasa; anak membutuhkan perhatian orang tuanya, bawahan membutuhkan perhatian dari atasannya, rakyat membutuhkan perhatian dari pimpinannya, umat beragama membutuhkan perhatian gembalanya.

Tuhan Yesus menyebut diriNya sebagai Gembala. Seorang Gembala yang mengenal domba-dombaNya, bahkan mengenal domba-dombaNya dengan namanya masing-masing, ungkapan ini mau mengatakan bahwa Tuhan Yesus sebagai Gembala sangat mencintai domba-dombaNya.

Mmengapa Tuhan Yesus mengidentifikasikan diriNya dengan seorang gembala? Apakah cocok Ia menyamakan dirinya dengan frofesi seorang gembala ? Padahal kita tahu dalam tradisi hidup kita sekarang ini, gembala adalah pekerjaan orang rendahan yang biasanya dipandang remeh dan sebelah mata saja. Untuk menjawab kebingunan ini ada baiknya kita melihat situasi zaman Yesus, supaya kita bisa  mengerti warta dan tindakan Yesus, sebab pewartaan Yesus tidak terlepas dari konteks zamanNya.  Secara geografis Palestina dimana Tuhan Yesus dahulu hidup, dibagi dalam dua daerah yang sangat berbeda. Pertama adalah Yudea, wilayah ini merupakan daerah pegunungan yang terletak di sekitar Yerusalem dan Bait Allah. Lahan daerah ini gersang dan kering. Di daerah ini petani hanya dapat membudidayakan buah zaitun, sedangkan sebagian besar penduduk lainya memiliki pekerjaan sebagai peternak kambing dan domba. Daerah lain adalah Galilea, daerah ini merupakan bentangan lahan yang subur dan merupakan tanah luas untuk tanaman jagung atau peternakan besar, di sepanjang pantai dan danau terdapat nelayan. Danau Galilea merupakan salah satu sumber hidup/mata pencaharian bagi masyarakat.

Profesi menjadi gembala waktu zamannya Tuhan Yesus adalah pekerjaan utama masyarakat. Dengan demikian Tuhan Yesus memiliki kepekaan situasi yang kuat untuk pewartaanNya, yakni dengan menyentuh inti terdalam pekerjaan kebanyakan orang disekitarnya dengan tujuan untuk lebih memudahkan mereka menerima inti dari pewartanNya.

Ccinta Kristus terhadap ”domba-dombaNya” ternyata berpangkal dari hubunganNya dengan Allah BapaNya. Cinta Kristus adalah cinta seorang ”Gembala”. Ia melukiskan diriNya sebagai seorang Gembala yang baik, yang mengenal domba-dombaNya. Bahkan dengan tegas Ia menjamin: ”Tak seorangpun dapat merenggut mereka dari tanganKu !!” Karena Bapa di surga telah menyerahkan mereka kepadaNya. Persatuan Yesus dengan BapaNya menjamin keselamatan dan keakraban kita dengan Kristus. Kepercayaan kita akan persatuan Yesus dengan BapaNya membuat kita merasa aman dan selamat. Sebab akhirnya yang menjadi andalan dan ”backing” kita adalah Allah sendiri. @memet_johan


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAKNAI PERTOBATAN ; BERUBAH DAN BERBUAH !!

PERTOBATAN MEMBAWA KESELAMATAN

KEBIASAAN BAIK UMAT KATOLIK