MENJADI BERKAT BAGI SESAMA


Injil Matius 25:31-40 : Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”


Menjadi berkat mudah diucapkan tapi kadang susah untuk dilakukan. Bacaan hari ini mengajak kita untuk menjadi berkat bagi orang lain, Dimana menjadi berkat bagi orang lain bisa diterapkan dalam semua aspek kehidupan. Misalnya di bidang ekonomi kita bisa menjadi berkat bagi sesama bila kita membangun usaha atau bisnis yang melibatkan banyak pekerja. Kita berbagi peluang dan rejeki dengan sesama.

Secara sosial Kita menjadi berkat bagi sesama dengan sedapat mungkin selalu hadir dan terlibat dalam urusan bersama di lingkungan Kita. Atau membangun pergaulan yang sehat dan produktif, bukan relasi yang negatif dan menyakiti sesama. Kita menjadikan sesama sebagai subjek yang bermartabat.

Dari sisi psikologis, menjadi berkat bagi sesama boleh diterjemahkan dengan tindakan meneguhkan mereka yang menderita, menghibur orang yang berduka, mendukung sesama yang sedang mengalami "mental breakdown" (kehancuran mental). Kita bisa membaca tindakan ini sebagai perwujudan relasi Aku-Engkau.

Banyak peristiwa terjadi yang menyebabkan kegelapan atau masalah dalam hidup ini. Salah satu peristiwa tersebut berlangsung dalam hubungan keluarga antara suami dan istri di mana suami melakukan KDRT kepada istrinya ataupun sebaliknya istri lebih galak kepada suaminya. Hubungan antara orang tua dan anak yang seharusnya oran tua menyayangi, melindungi dan merawat anaknya justru melakukan kekerasan kepada anaknya. Ataupun sebaliknya anak berlaku jahat kepada orang tuanya bahkan sampai rela membunuh hanya karena keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tuanya.

Belum lagi peristiwa yang terjadi di tempat kerja, dimana seorang karyawan mengalami stress dalam bekerja karena memiliki beban kerja yang terlalu berat dan juga ucapan rasisme yang dialaminya membuat karyawan ini mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dan juga masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang terjadi yang memilukan dalam peristiwa yang ada menunjukkan kini dunia dalam keadaan gelap dan membutuhkan terang, perlindungan dan kuasa-Nya, Itulah sebabnya Sabda Tuhan yang kita baca hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk bangkit dan menjadi terang-Nya Allah, menjadi berkat di tengah kegelapan dunia yang makin gelap gulita dan tak tau arah jalan Allah yang Ia inginkan.

 

Ada 3 hal yang akan kita lakukan dan pelajari dalam menjalani kehidupan ini (diri sendiri dan orang lain) dengan berbagai tantangan dan masalahnya, yaitu dengan kita menjadi berkat:

1.  Menjadi Berkat : Melalui Doa.

Doa memiliki kuasa dan dampak bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebagai anak Tuhan, Tuhan menginginkan kita tidak hanya bisa berdoa untuk kepentingan diri kita saja, namun Allah ingin kita juga menjadi pendoa syafaat untuk orang-orang disekeliling kita. Ketika kita menjadi pendoa syafaat untuk orang disekeliling kita sesungguhnya kita telah menjadi berkat untuk mereka yang telah kita doakan. Siapakah orang disekeliling kita? Orang disekeliling kita bisa saja keluarga, teman, kantor tempat kita bekerja, para pemimpin kita, gereja kita, pemerintahan kita, dan masih banyak lagi yang dapat kita doakan. hal ini sepertinya dianggap kecil dan sepele, namun bila kita melakukannya dengan hati yang tulus, doa kita akan memberi dampak dan memberkati orang yang kita doakan serta dari doa kita lelah menjadi berkat bagi sesama untuk menjadi manusia Allah.

 

2.  Menjadi Berkat : Melalui Perkataan.

Perkataan dapat memberi dampak yang luar biasa, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak negatif dari perkataan yang keluar dari mulut kita, kita dapat melukai dan menyakiti orang lain bahkan dalam perkataan kita secara tidak langsung dapat membunuh kita atau orang lain secara non fisik, sedangkan dampak positifnya dari perkataan yang keluar dari mulut kita, dapat membuat orang lain bahagia dan menyemangati hidup mereka. Itulah sebabnya kita perlu berhati-hati dalam berkata-kata, kita harus membuang segala perkataan kotor, perkataan yang menyakitkan bahkan perkataan kutuk yang sadar atau tidak sadar kita lontarkan untuk orang disekitar kita. Saudara yang Tuhan kasihi, kita harus menjaga perkataan kita,biarlah perkataan yang keluar dari mulut kita adalah perkataan yang dapat memberkati orang disekeliling kita. Biarlah perkataan yang keluar dari mulut kita adalah perkataan kasih, perkataan yang membangun, perkataan positif dan perkataan syukur. Bila bertemu dengan rekan sejawat, baik itu dengan atasan maupun bawahan, mari kita saling menyapa dengan kasih. jangan tunggu orang lain menyapa baru kita menyapa. Bila kita lihat ada rekan kita dalam permasalahan, mari kita support dengan kata-kata yang membangun dan menguatkan, berkatilah juga anak-anak kita melalui doa, melalui perkataan-perkataan kasih dan membangun kerohanian serta juga kehidupannya.

 

3.  Menjadi Berkat : Melalui Perbuatan Baik

Pernahkah saudara/saudari merasakan rasa bosan dan lelah karena telah berbuat baik? Dari perbuatan tersebut tidak ada sesuatu apapun yang saudara dapatkan? Ayat ini mengingatkan kita kembali untuk tidak jemu-jemu untuk berbuat baik. Tidak jemu jemu artinya tidak bosan, berupaya sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginan. Karena kelak bila waktunya tiba, kita akan menuai dari apa yang kita tabur, bila kita tidak menjadi lemah. Bila kita menabur kebaikan, menjadi berkat melalui perbuatan baik kepada keluarga dan sesama, dengan tidak jemu, tidak bosan, maka kelak kita, bahkan anak dan cucu kita akan menuainya dengan bersorak sorai.

 

Ada sebuah lagu mengatakan “Hidup ini adalah kesempatan”. Selama Tuhan beri kesempatan kita hidup, jadilah hidup yang berarti, menjadi berkat di keluarga, di lingkungan tempat kita bekerja, di gereja, dan dimana saja kita berada. Doakanlah mereka, berkata-katalah yang membangun, berkata-katalah yang memberkati dan usahakanlah untuk selalu berbuat baik kepada orang disekeliling kita setiap hari. Karena kita telah diselamatkan oleh Allah, dan bukti bahwa kita sudah diselamatkan oleh Allah salah satu diantaranya adalah dengan cara berbuat baik. Hingga bila suatu saat kita sudah tidak berdaya lagi, minimal paling tidak, hidup kita ini sudah menjadi berkat.

Secara lebih sederhana namun juga bermanfaat dan indah adalah dengan menjadi pribadi yang ramah dan murah senyum. Dokter dan perawat di rumah sakit niscaya diberi pelajaran psikologi dan mereka jadi maklum bahwa penyembuhan orang sakit tidak hanya ditentukan obat (farmakoterapi) tetapi juga pendekatan psikoterapis. Orang sakit jadi lebih mudah nyaman dan senang yang mempercepat pemulihan, bila dokter atau perawatnya ramah dan murah senyum.

Seorang guru atau dosen menjadi berkat bagi peserta didiknya jika dia selalu disiplin, antusias dan penuh dedikasi berbagi ilmu pengetahuan dan menanamkan nilai di benak dan hati muridnya. Dalam dirinya tidak hanya berjejal teori-teori, tetapi ia dapat menerjemahkan misi emansipatoris ilmu pengetahuan. Ia menjadikan ilmunya tidak hanya diajarkan, tetapi memiliki keterlibatan kontributif dalam hidup bermasyarakat. Ia dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Menjadi berkat pun bisa berbentuk sepotong roti yang Kita berikan bagi sesama yang lapar. Menepuk bahu teman yang sedang galau, mengajak ngobrol sahabat yang tengah bermasalah, merangkul putri Kita yang patah hati, memeluk sang kekasih yang sedang "down" perasaannya, itu semua adalah bentuk berkat. Kita dapat menjadi berkat atas cara yang sederhana.

Jika Kita mengirim surat atau dalam era canggih sekarang mengirim pesan (SMS/WA) dan menelepon orang tua atau kerabat dengan kata-kata hiburan, Kita tengah menjadi tkita cinta atau berkat Tuhan bagi sesama.

Mengirim buah-buahan bagi tetangga yang sakit, membingkiskan kado bagi pacar yang berulang tahun juga sejenis berkat bagi sesama. Kita akan semakin disadarkan bahwa menjadi berkat adalah ketika menjadikan kebaikan sebagai imperatif/keharusan. Bahwa kebaikan tidak membutuhkan dokumentasi. Kebaikan mengajak kita berbuat tulus dan ikhlas bagi orang lain.

Pemikir Jerman, Immanuel Kant, menyebut keharusan berbuat baik itu sebagai imperatif kategoris. Artinya, melakukan kebaikan kepada orang lain tidak dapat ditawar. Kita wajib memperlakukan manusia sebagai subjek, karena ia memiliki martabat yang harus dihormati. Berbuat baik bukan imperatif hipotetis, karena hanya menjadikan kebaikan sebagai pilihan alternatif. Menjadi berkat bagi sesama bukan pilihan alternatif, tetapi kewajiban moral yang menuntut untuk ditunaikan.

Seutas senyum Kita yang tulus dari wajah cerah kepada sesama yang dijumpai mungkin sangat berarti bagi dia, dan karena itu jadi berkat untuknya. Benar, hidup adalah kesempatan untuk menjadi berkat. Sayang sekali kalau disia-siakan.

Siapa manusia yang tidak ingin hidupnya diberkati Tuhan? Setiap orang tentu ingin diberkati. Oleh sebab itu hal berkat atau diberkati seringkali menjadi fokus kehidupan manusia, demikian juga dengan kita sebagai orang beriman. Bahkan tidak sedikit orang Katolik yang memberi penekanan lebih kepada hal berkat itu. Tidak ada yang salah jika kita mengharapkan berkat dan diberkati dalam hidup ini, tetapi ketika berkat dan keinginan diberkati itu menjadi orientasi hidup kita dan hanya terfokus pada diri kita, maka tentu itu yang tidak sejalan dengan keinginan Tuhan. Bukankah Tuhan menginginkan agar setiap anak-anaknya dalam kehidupan ini justru dapat menjadi berkat bagi sesama dan dunia.

 

Berkat bagi sesama dan dunia tidak hanya sebatas pada lingkungan sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan gereja, tetapi seluas kehidupan ini. Menjadi berkat untuk orang lain entah kita kenal atau tidak, entah keluarga kita atau tidak, entah suku kita atau tidak, entah satu agama dengan kita atau tidak, dan seterusnya, kita dipanggil untuk tetap menjadi berkat.

 

Sering kita terhalang menjadi berkat untuk orang lain karena kita dihinggapi kebencian, rasa balas dendam, sakit hati, pemikiran negatif dan apriori. Sering kita terhalang dan tertunda menjadi berkat bagi orang lain karena kita terlalu berpikir muluk-muluk, hebat-hebat dan spektakuler. Menjadi berkat untuk orang tidak harus memberi materi. Muatan berkat ialah cinta kasih, doa, perhatian, sapaan, kepekaan, pemikiran positif, menjadi sahabat untuk siapa saja dan menjadi tetangga yang baik untuk orang lain.


Dalam masyarakat kita yang penuh dengan keegoisan ini, kita sebagai orang beriman harus memenuhi setiap tempat yang kita masuki dengan menjadi berkat bagi siapa pun. Kita jangan pernah lupa bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang dikasihi dan diberkati Allah. Sering kita membiarkan segala kutuk di dunia ini menggelapkan hati kita, sehingga kita menjadi orang tidak peduli sesama. Allah justru menginginkan kita mengubah kutuk dunia ini menjadi berkat bagi dunia. Dengan kata lain semakin dihambat justru semakin jadi berkat. @memet_johan


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAKNAI PERTOBATAN ; BERUBAH DAN BERBUAH !!

PERTOBATAN MEMBAWA KESELAMATAN

KEBIASAAN BAIK UMAT KATOLIK