YESUS GEMBALA YANG BAIK

 


        Yesus Kristus  adalah seorang gembala yang baik, yang dapat menuntun, membimbing, mengarahkan dan membawa domba-domba-Nya pada jalan yang baik dan benar. Yesus tidak menginginkan domba-domba-Nya tersesat, dan Dia ingin domba-domba itu keluar dan masuk melalui pintu yang telah disediakan oleh-Nya.

Apakah yang dimaksud dengan gembala yang baik itu? gembala yang baik adalah Dia yang menjaga sekaligus membukakan pintu bagi domba-domba-Nya. Dan, setelah domba-domba itu keluar, gembala yang baik itu berjalan di depan domba-Nya dan domba-domba-Nya mengikuti Dia. Gembala yang baik adalah yang dapat memberi contoh dan teladan untuk menuntun, membimbing, mengarahkan dan membawa domba-domba-Nya pada jalan yang baik dan benar, dengan suasana yang menyenangkan dan merindukan menuju ke padang rumput yang hijau. Dalam hal ini, Yesus berkata “Akulah pintu, dan barang siapa masuk melalui Aku ia akan selamat, dan Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyai segala kelimpahan”.

 

        Siapakah yang dimaksud dengan domba? Domba yang baik pasti mengenal gembala-Nya dan gembala yang baik, juga pasti mengenal domba-Nya. Yesus telah menyatakan diri-Nya bahwa Dia adalah gembala, maka  umat manusia lah yang menjadi domba-domba Allah. Domba yang baik adalah domba yang mau mendengarkan suara gembala-Nya, yakni mendengarkan dan mengikuti perintah-Nya serta setia bersama-Nya, agar domba tersebut tidak hilang dan tersesat.

 

         Dalam hidup ini dituntut untuk menjadi “gembala yang baik” di mana pun berada, baik di lingkungan kerja; di kantor, di sekolah, di pasar, di gereja, di rumah dan lain sebagainya. Yesus menginginkan agar seorang gembala atau pemimpin yang baik tentu mempunyai kepribadian yang sungguh rendah hati, penguasaan diri, pribadi yang menarik dan selalu mendengarkan dengan hati setiap suara yang menyapa dan datang.

 

        Dalam Yohanes 10:11 “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”. Di sini dituntut sebagai seorang pemimpin untuk memberikan waktu, tenaga, pikiran, hati dan diri  seutuhnya pada pekerjaan yang  cintai, kepada Gereja dan negara.

Sebagai pemimpin, dituntut sebagai “pintu yang baik” yang dapat memberi jalan keselamatan untuk keluar- masuk menuju padang rumput (Yohanes 10:9). Maka secara sederhana, seorang pemimpin adalah pribadi yang menyenangkan, yang melindungi, yang memotivasi dan yang selalu menghadirkan Tuhan di tengah-tengah Gereja, masyarakat dan negara. Seorang pemimpin dipercayakan oleh Tuhan untuk menjadi koneksi atau penghubung (pintu) bagi Gereja dan pemerintah untuk membangun dunia yang damai dan menyejukkan.

 

        Yesus bersabda; “Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok” (Yohanes 10:1).

Sabda Yesus ini sungguh mengingatkan dan menyadarkan  dengan tegas bahwa sebagai seorang pemimpin dan atau orang yang beriman, harus menjadi contoh dan teladan yang baik dan benar untuk menuntun, mengarahkan setiap manusia untuk hidup berdisiplin; bekerja tepat waktu, tanpa harus mengkorupsi waktu atau merampok waktu, memberikan hak dan kewajiban kepada rekan kerja sesuai porsinya masing-masing, tanpa harus mengkorupsi atau merampok hak dan kewajiban mereka, serta menuntun dan memberi contoh yang baik untuk mengikuti aturan yang ada, tanpa harus mecari jalan pintas untuk memperoleh kesenangan pribadi. Jika menemukan orang-orang seperti ini, akan berpotensi merusak kinerja dan merusak hubungan persaudaraan serta bermental untuk tidak berkembang dan melangkah maju (Yohanes 10:10).

Untuk itu, Yesus telah bangkit membawa terang keselamatan dan menerangi kegelapan hati yang masih terperangkap dalam situasi keberdosaan ini. Maka sebagai seorang pemimpin yang baik, yang telah dipilih dan diangkat oleh Allah dan pemerintah, tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi lebih dari itu siap diutus menjadi “gembala yang baik” di tengah Gereja, masyarakat dan negara demi menerangi, menyelamatkan dan membawa domba-domba pada jalan keselamatan.

Salah satu ciri menjadi seorang gembala yang baik adalah menjaga agar ternak penggembalaannya tidak diterkam binatang buas, tidak terpisahkan dari kelompoknya, dan tidak mati kelaparan. Injil Yohanes 10: 1-11 berbicara tentang gembala yang baik. Gembala yang baik adalah gembala yang mampu menjaga, mengayomi, dan melindungi domba-dombanya.

Sejalan dengan apa yang dikatakan dan diharapkan oleh Yesus, semua adalah gembala. Dalam lingkup keluarga, adalah gembala untuk semua anggota keluarga. Dalam konteks panggilan sebagai orang Katolik, adalah gembala bagi rekan kerja, sahabat, dan bagi sesama lintas agama, lintas suku dan lintas golongan.

Pertanyaan reflektif untuk  refleksikan, bagaimana menjadi gembala yang baik? Santo Paulus katakan, sekalipun  dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa Malaikat tetapi  tidak mempunyai kasih,  sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (bdk I Korintus, 13:1-9). Artinya untuk menjadi gembala yang baik, seseorang harus memiliki KASIH.

Menjadi gembala yang baik lewat tutur kata, perbuatan dan sikap hidup masing-masing. Gembala yang baik harus memiliki MULUT yang mewartakan tentang kedamaian, cinta kasih, kabar baik, dan bukan untuk mencela dan memarahi.

Gembala yang baik harus memiliki MATA yang mampu melihat kebaikan secara objektif bukan mata yang melihat secara subjektif. Gembala yang baik harus memiliki TANGAN yang mampu mengangkat sesama, menolong sesama, dan bukan tangan yang menjatuhkan dan menuding sesama.

Gembala yang baik harus memiliki TELINGA yang mampu mendengarkan masukan-masukan yang baik dari sesama meskipun itu terasa sakit, bukan telinga yang hanya mendengarkan kata-kata hasutan.

Gembala yang baik harus memiliki KAKI yang mampu untuk mencari sesama yang miskin yang disisihkan, yang dianggap pendosa, bukan kaki yang hanya mencari keuntungan diri sendiri. Gembala yang baik harus memiliki HATI yang tulus, rendah hati, jujur, bukan hati yang sombong, pendendam, pemarah, dan yang cemburu.

Dengan kata lain, untuk menjadi gembala yang baik, maka  harus menyelaraskan antara kata dan perbuatan, antara hati dan mulut. Artinya apa yang dibicarakan, dikhotbahkan, harus diaplikasikan, diterapkan dalam kehidupan nyata.  berteriak tentang kasih yang memaafkan, sementara menabur dendam.  berteriak tentang rendah hati sementara ada kesombongan dan gila hormat.  berteriak tentang pembawa damai, sementara ada yang menabur benih-benih perpecahan.

 

        Supaya menjadi gembala yang baik, gembala yang sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh YESUS, maka marilah  menyelimuti diri dengan selimut KASIH dalam tugas pengembalaan  sesuai dengan profesi dan tugas panggilan  masing-masing.

@memet_johan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAKNAI PERTOBATAN ; BERUBAH DAN BERBUAH !!

PERTOBATAN MEMBAWA KESELAMATAN

KEBIASAAN BAIK UMAT KATOLIK