IMAN YANG BERBUAH


Injil Matius 23:1-12 adalah salah satu teks yang sangat penting dalam Perjanjian Baru yang mencatat khotbah Yesus di Bait Allah mengenai perilaku para pemimpin agama pada saat itu. Teks ini memiliki pesan teologis yang signifikan dan relevan bagi umat Kristen saat ini.

Pertama-tama, teks ini menyoroti pentingnya rendah hati dan pelayanan bagi umat. Yesus menegaskan bahwa para pemimpin agama yang arogan dan suka mempertontonkan kekuasaan mereka seharusnya tidak diikuti. Sebaliknya, Yesus menunjukkan bahwa pelayanan kepada orang lain dan ketundukan yang tulus adalah sikap yang dihargai di hadapan Allah. Hal ini dinyatakan dalam ayat 11-12, "Yang terbesar di antara kamu haruslah jadi pelayanmu. Barangsiapa meninggikan dirinya, akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan dirinya, akan ditinggikan."

Kedua, teks ini menyoroti pentingnya keadilan dan kasih dalam pergaulan sosial. Yesus mengecam sikap para pemimpin agama yang suka menindas dan memperbudak orang lain demi keuntungan dan kepentingan mereka sendiri. Ia menuntut agar orang hidup dalam kasih, keadilan dan kasih sayang. Hal ini dinyatakan dalam ayat 23-24, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, kamu orang munafik! Sebab kamu memberi persembahan dari sepersepuluh bagian yang ada di kebun murbei, adas, dan jinten, dan kamu tidak mempedulikan yang terpenting dalam hukum Taurat, yaitu keadilan, kemurahan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan ditinggalkan."

Ketiga, teks ini menekankan pentingnya kejujuran dan integritas dalam hidup orang percaya. Yesus mengecam sikap para pemimpin agama yang suka berpura-pura dan menipu orang lain demi keuntungan mereka sendiri. Ia menuntut agar orang hidup dalam kejujuran dan integritas, dan berbicara apa adanya tanpa mengelak atau memutar balikkan kata-kata. Hal ini dinyatakan dalam ayat 3, "Karena itu, perbuatlah dan taatilah segala sesuatu yang dikatakan mereka kepadamu, tetapi janganlah kamu meniru perbuatan mereka. Sebab mereka berkata-kata tetapi tidak berbuat."

Dalam keseluruhan teks Matius 23:1-12, Yesus menekankan pentingnya pelayanan, keadilan, kasih, kejujuran, dan integritas bagi umat Kristen. Pesan-pesan ini sangat relevan bagi kita saat ini, terutama dalam konteks kehidupan sosial yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Umat Katolik harus mengikuti teladan Yesus dalam hidup penuh pelayanan, kasih, dan integritas, sehingga dapat menjadi berkat bagi dunia di sekitarnya.

 

Kita sering mendengar nasihat : Bertobatlah, ubahlah tingkah lakumu, janganlah berbuat jahat lagi, janganlah  berdosa lagi, dsb. Namun, kita akui, mengubah peri laku itu tidak mudah, perlu waktu dan proses. Ini adalah masa proses untuk bertobat, saat saat untuk memperbaiki diri. Nasihat Nabi Yesaya sangat bagus: "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.” Mengapa Yesaya berkata begitu?  Karena Tuhan tidak bisa ditipu. Tuhan melihat hati, Kita bisa berbuat seolah olah baik, tetapi kalau hati kita jahat, Tuhan tetap tahu. Kita berbuat seolah olah suci, bersih, tak bercela, adil, sabar, tetapi nyatanya kita masih korupsi, tidak adil, marah, benci, dan bermusuhan. Cinta kepada Tuhan tidak kita wujudkan dalam cinta kepada sesama, Tuhan tidak menginginkan hal ini. Kita mudah melihat kelemahan dan kesalahan orang lain. Namun, kita sangat mudah memaafkan kesalahan diri sendiri. Kalau kita yang berbuat salah, kita berkata, “Ah, hal itu kecil, “biasa” tetapi kalau orang lain berbuat salah, kita ingat ingat dan kadang kita pakai sebagai senjata untuk melawannya.

Tuhan menegur kita jangan munafik. Marilah kita bertobat dan mengikuti nasehat-Nya. “Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik.”  Marilah kita mengaku dosa, sebab bila kita mengaku dosa, Tuhan pun mengampuni dosa kita. Sabda-Nya, “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju”

Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan keras, bukan karena apa yang mereka ajarkan, melainkan karena mereka tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Para ahli itu suka duduk di bagian paling depan di rumah ibadah, tetapi terlalu sibuk mengajar orang banyak. Mereka duduk di tempat terhormat dan melakukan pekerjaan hanya agar dilihat baik dan dipuji orang. Mereka lupa hal terpenting yang ada dalam ajaran itu sendiri. Mereka melupakan keadilan dan rasa belas kasihan pada sesama.

Pendalaman akan sabda Tuhan bukan hanya untuk mendapatkan pengetahuan, melainkan yang tidak kalah penting adalah menjaga kita tetap bertumbuh dan berbuah dengan menerapkannya dalam keseharian. Kita berusaha menjaga perilaku selaras dengan hati kita yang sudah diperbarui Allah melalui firman-Nya. Dengan demikian, aktivitas pelayanan yang kita lakukan bukan untuk dipandang sebagai orang yang hebat dan bukan sebatas kewajiban.

Melalui perbuatan kita, orang lain harus dapat merasakan kasih Kristus. Bukan untuk menuai pujian atas kehebatan kita, melainkan sebagai bentuk ketaatan kita pada Tuhan yang layak ditinggikan. Karya keselamatan yang kita terima melalui Kristus dapat kita perlihatkan agar membawa kesaksian yang baik bagi orang lain. Maka, kita akan bersukacita atas firman yang kita terima serta tetap berusaha agar iman kita berbuah dalam hati dan perbuatan.  

Injil Matius 23:1-12 ini mengajak kita mendalami kisah tentang bagaimana Yesus memberikan teguran kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, terkait dengan kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Digambarkan kisah bagaimana Yesus memberikan wejangan di hadapan orang banyak, tentang sikap hidup para ahli Taurat dan orang Farisi, yang memiliki sikap tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan.

Sikap hidup para ahli Taurat dan orang Farisi tersebut, bukan merupakan sikap yang patut untuk kita teladani, karena sering kali hidup mereka menunjukkan kemunafikan Kemunafikan para ahli Taurat dan orang Farisi, adalah menunjukkan sikap hidup yang tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan. Sikap hidup para ahli Taurat dan orang Farisi, sering kali tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan.

Yesus mengingatkan para murid-Nya dan orang banyak agar tidak mengikuti perilaku keliru para ahli Taurat dan orang Farisi, melakukan segala sesuatu agar tampak baik di mata orang lain.

Sebagai pemimpin agama, para ahli Taurat dan orang Farisi memberikan banyak pengajaran, namun mereka tidak melakukan ajarannya. Seorang pemimpin yang sejati seharusnya memiliki kerendahan hati dan selalu bersikap melayani dengan tulus. Bukan sekadar untuk mencari pujian, karena siapa saja yang meninggikan diri akan direndahkan, dan sebaliknya yang merendahkan diri maka akan ditinggikan.

Demikian ajaran yang ditegaskan oleh Yesus kepada kita semua, tentang panggilan untuk hidup dalam kerendahan hati.

Karena FIRMAN YANG KITA DENGAR HARUSLAH BERBUAH DALAM TINDAKAN KITA DAN SENANTIASA MENGALIR KE DALAM HIDUP ORANG LAIN. @memet_johan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAKNAI PERTOBATAN ; BERUBAH DAN BERBUAH !!

PERTOBATAN MEMBAWA KESELAMATAN

KEBIASAAN BAIK UMAT KATOLIK