PANGGILAN TUHAN
Banyak yang Dipanggil, Sedikit yang Dipilih
Ikut serta
dalam pesta di Kerajaan Allah sepenuhnya merupakan hak Allah untuk mengundang
siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sebab itu, berbahagialah mereka yang boleh
datang dan diperkenan Allah untuk ikut serta dalam perjamuan-Nya.
Tidak ada
penjelasan mengapa undangan pesta ini diabaikan oleh orang-orang yang secara
khusus diundang oleh Sang Raja. Bahkan ada yang menganiaya dan membunuh hamba
yang diutus sehingga menimbulkan murka dan penghukuman bagi orang-orang yang
melecehkan undangan Sang Raja. Jelas terlihat bahwa hanya anugerah yang menjadi
sebab mengapa undangan itu diwartakan bagi semua orang. Tujuannya, agar ruangan
pesta penuh tamu dan jamuan yang telah disiapkan bisa dinikmati oleh para
undangan yang hadir.
Cerita
tentang seorang tamu yang tidak memakai pakaian pesta sehingga dihukum oleh
Raja menjadi catatan bahwa sekalipun undangan disebarkan secara gratis, bukan
berarti para tamu boleh semena-mena memakai pakaian seadanya.
Injil
adalah undangan Allah kepada orang berdosa untuk datang ke perjamuan-Nya dalam
Kerajaan Allah. Kita menerima undangan Injil karena anugerah Allah, bukan
karena kepantasan kita. Oleh karena itu, kita patut menjawab undangan dengan
berpakaian pesta sebagai respons kita menjawab undangan Sang Raja.
Sekarang
peribadahan dan persekutuan bersama jemaat merupakan gambaran perayaan dalam
Kerajaan Allah. Pakaian yang pantas mencerminkan hidup yang menanggapi
panggilan Tuhan dengan takut dan hormat. Karena Allah telah mengubah
ketidaklayakan kita menjadi orang yang diperkenan oleh-Nya untuk datang ke
hadirat Allah. Namun, tidak semua orang beroleh kesempatan mendengar undangan
perjamuan Tuhan dapat merespons dengan tepat.
Kiranya
kita dimampukan untuk menjaga kesucian hidup dengan cara takut dan hormat atas
karunia Tuhan agar dapat merayakan perjamuan dalam Kerajaan-Nya kelak
Merespons Undangan Allah
Anugerah
keselamatan dari Tuhan sesungguhnya diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Namun,
yang sering terjadi adalah orang menolak dan mengabaikan anugerah itu.
Hal
tersebut dijelaskan Yesus melalui perumpamaan mengenai perjamuan kawin seorang
anak raja (1). Dikisahkan bahwa tamu undangan perjamuan tersebut justru menolak
untuk hadir dengan berbagai alasan, bahkan ada yang membunuh utusan raja (6).
Menanggapi penolakan serta pembunuhan tersebut, raja menyuruh pasukannya untuk
membinasakan kota-kota mereka (7).
Tamu-tamu undangan itu adalah bangsa Israel yang telah dipilih Allah, namun justru menolak firman Allah; mereka membunuh para nabi yang diutus Allah kepada mereka. Penghukuman dari raja itu menggambarkan konsekuensi yang akan diterima bangsa Israel atas penolakan mereka terhadap undangan sang raja.
Akibat
penolakan itu, raja membuka undangan untuk semua orang, kepada siapa saja yang
ditemui oleh hambanya di persimpangan jalan. Undangan untuk masuk ke dalam
Kerajaan-Nya telah Allah buka untuk semua umat manusia. Hanya saja, tidak semua
orang layak menerimanya. Alasannya bukan karena Allah menolak mereka, melainkan
karena mereka tidak merespons undangan berharga itu dengan cara yang pantas.
Seperti seorang yang datang ke dalam pesta tanpa mengenakan pakaian pesta yang
layak.
Allah-dalam
anugerah-Nya yang melimpah-mewartakan keselamatan kepada seluruh umat manusia,
termasuk kita. Namun, karena kedegilan hati kita yang penuh dengan dosa, sering
kali kita masih saja merespons anugerah Allah tidak dengan sepantasnya. Bila
kita masih saja melakukan dosa yang sama berulang kali setelah menerima
undangan Allah, maka sesungguhnya kita seperti tamu yang datang tidak dengan
pakaian pesta.
Hanya
karena undangan itu diberikan secara terbuka dan "gratis" tidak
berarti bahwa undangan itu murahan dan tidak berharga sehingga kita boleh
meresponsnya dengan cara yang tidak layak. Undangan Allah telah diberikan dan
kita telah menerimanya, tinggal bagaimana respons kita
Apa pelajaran utama yang Yesus miliki bagi kita dalam
perumpamaan yang mengejutkan dan meresahkan ini? Pertama, tidak sedikit yang
menolak panggilan Allah melalui utusan-Nya. Mereka yang tidak mau mendengarkan
kabar keselamatan yang disampaikan hamba Tuhan. Mereka yang ke gereja hanya
untuk bersosial, atau mereka yang sama sekali menolak ajaran Kristen. Tuhan
akan meminta pertanggungjawaban mereka yang menolak panggilan itu pada hari
penghakiman. Kedua, Yesus ingin kita menyadari bahwa ada cara yang lebih halus
untuk menolak panggilan itu. Seseorang mungkin hanya berbasa-basi untuk
menerima panggilan eksternal tetapi tidak pernah benar-benar mau mendengarkan
suara Yesus seperti yang ditawarkan dalam panggilan itu. Bagaimana nasib kita
jika berlaku sedemikian? Kabar buruknya adalah kita tidak memiliki kekuatan
dalam diri kita sendiri untuk mengubah hati kita yang memberontak. Kabar
baiknya adalah Allah mau mengubah hati orang yang memberontak dengan kuasa
Roh-Nya yang tak terkalahkan. Dalam hal ini, Tuhanlah yang menentukan siapa
orang yang dipilih-Nya, dengan cara serta pada waktu yang ditetapkan-Nya, dan
karena itu kita yang sudah diselamatkan patutlah tetap mau untuk menyampaikan
undangan-Nya selama hidup di dunia.
Jika kita telah menanggapi panggilan eksternal dengan pertobatan dan iman, itu juga bukan karena usaha kita. Itu terjadi hanya karena Allah telah terlebih dahulu bekerja di dalam kita untuk mengubah kita menjadi umat-Nya di dalam Kristus. Tanpa karunia Allah kita hanya dapat menolak semua panggilan Allah. Keselamatan benar-benar hanya karena kasih karunia Allah. Kebenaran ini memang bisa membuat kita resah, tetapi Yesus membuat kita berpikir dalam-dalam mengenai hidup kita karena suatu alasan. Dia ingin kita menemukan keselamatan dan hidup di dalam Dia saja, yang hanya oleh kasih karunia. Dan hanya di dalam Kristus kita dapat menemukan keselamatan yang kekal dan tak tergoyahkan.
Injil
hari ini mengingatkan kita bahwa relasi dengan Allah sebenarnya didasari oleh
sebuah undangan atau tawaran. Hidup kita tergantung pada sejauh mana kita
menanggapi tawaran tersebut dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan. Allah selalu
membuka diri-Nya dan mengulurkan tangan-Nya untuk kita, supaya kita tahu jalan
kembali kepada-Nya karena kita berasal dari-Nya.
Sisi
lain yang ditampilkan dalam bacaan Injil hari ini adalah unsur persiapan kita
untuk menanggapi undangan Allah. Hal itu diungkapkan dalam simbol “baju pesta”
bagi orang-orang yang datang ke pesta. Artinya, dibutuhkan persiapan serius
untuk datang ke pesta yang disediakan buat kita, tidak bisa seenaknya atau
otomatis belaka.
Seperti
halnya ketika kita mau mengadakan pesta pernikahan anak-anak atau saudara,
biasanya kita sibuk berbulan-bulan sebelumnya untuk mempersiapkan gaun/baju
yang bagus. Bahkan kita rela diet agar baju pesta itu cocok ukurannya di badan
kita. Seperti itulah gambarannya, persiapan yang harus kita lakukan untuk masuk
ke dalam Kerajaan Allah. Kuncinya, ada hati untuk mempersiapkannya. Sehingga,
pada saat nanti kita dipanggil Tuhan, kita sudah siap. (memet_johan)
Komentar
Posting Komentar