KEMERDEKAAN ROHANI

 


Peringatan HUT Ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2023 kali ini mengangkat tema "Terus Melaju Untuk Indonesia Maju". Tema ini merefleksikan semangat Bangsa Indonesia untuk terus melanjutkan perjuangan dan pembangunan, berkolaborasi bersama memanfaatkan momentum ini untuk mewujudkan Indonesia Maju.

Pencapaian itulah yang diwujudkan dalam tema dan logo yang telah disosialisasikan kepada masyarakat. Peran kepemimpinan tersebut bertujuan untuk kepentingan pembangunan negara guna mengoptimalkan kemajuan kesejahteraan rakyat yang akan berdampak pada peningkatan kualitas dan keunggulan sumber daya manusia. Sehingga, menghasilkan bangsa yang berdaya saing global dan berpotensi menjadikan negara Indonesia kuat dalam geopolitik dan berdaya di mata internasional. Dengan pencapaian yang telah diraih, menjadikan posisi Indonesia menguntungkan dalam melanjutkan gerak pembangunan negara. Ini adalah aksi nyata yang progresif. Jangan biarkan momentum ini berhenti, lanjutkan pembangunan dengan semangat 'estafet'.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-78 pada tahun ini, mengajak seluruh elemen bangsa untuk melaju bersama dan menggelorakan semangat perjuangan yang belum berakhir. Selayaknya olahraga estafet, yang merefleksikan semangat kolektif, berharmoni, berkolaborasi serta sinkronisasi irama gerak dan sinergi pikiran dari tiap-tiap pelari untuk satu tujuan. Ini adalah energi gerak untuk bangsa Indonesia agar laju momentum ini Terus Melaju untuk Indonesia Maju. Kemajuan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat, memproduksi SDM unggul menuju parade terdepan panggung dunia.

Merayakan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, sama artinya merayakan proklamasi bangsa Indonesia yang dikumandangkan oleh Bung Karno. Alasannya karena kemerdekaan bangsa Indonesia dimulai saat Bung Karno, atas nama bangsa Indonesia, membacakan teks proklamasi kemerdekaan. Kemerdekaan itu adalah kemerdekaan seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Karena itu juga, kegembiraan atas ulang tahun kemerdekaan RI ini adalah kegembiraan semua rakyat Indonesia.

Atas kegembiraan itu, rakyat Indonesia diajak untuk menghaturkan syukur. Semua rakyat Indonesia bergembira merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka merayakan dengan berbagai macam kegiatan. Tidak ketinggalan Gereja Katolik sebagai salah satu elemen kebangsaan Indonesia juga diajak untuk merayakannya dengan perayaan ekaristi atau doa bersama.

Dalam perayaan ekaristi dan doa bersama, umat Katolik diajak untuk menghaturkan syukur kepada Tuhan karena anugerah kemerdekaan yang diberikan-Nya. Bagi umat Katolik, kemerdekaan yang didapat bangsa Indonesia bukan semata-mata perjuangan anak bangsa, melainkan juga anugerah, rahmat dan berkat Tuhan. Hal ini senada dengan bunyi alinea ketiga mukadimah UUD’45, “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Umat Katolik juga diajak untuk mengenangkan jasa para pahlawan serta mendoakan mereka. Perjuangan merekalah (dan dengan karunia Allah) yang menghasilkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Selain itu, dalam perayaan ekaristi/ibadat itu juga umat Katolik berdoa untuk bangsa Indonesia, seluruh rakyat Indonesia agar terhindar dari mala petaka dan dapat mencapai kesejahteraan serta hidup damai. Umat berdoa bukan hanya untuk umat Katolik saja, melainkan untuk semua rakyat Indonesia, tanpa melihat suku, ras, agama, golongan dan aliran ideologinya.

Dalam Injil Matius 22:15-21 dikisahkan Tuhan Yesus berbicara dengan orang-orang Farisi, yang pada waktu itu ingin menjebak Tuhan Yesus dengan tipu daya yang licik, ketika mereka meminta kepada-Nya dengan kata-kata yang manis tetapi tidak tulus, seolah-olah memuji Dia karena jujur dan lurus, dan kemudian mencoba menjebak-Nya dengan menanyakan apakah sah dan baik bagi orang-orang untuk membayar pajak kepada Kaisar, yaitu kepada pemerintah Romawi. Ini benar-benar usaha yang sangat licik dalam mencoba mendiskreditkan dan bahkan mencelakai Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sebenarnya akan berakhir dalam kesulitan besar seandainya Dia menjawab bahwa orang-orang tidak boleh membayar pajak atau bahwa mereka harus taat dan membayar pajak mereka. Ini karena, masalah pajak Romawi sangat memecah belah dan berbahaya pada saat itu, dengan sebagian besar orang membenci perpajakan, uang yang harus mereka bayarkan kepada tuan Romawi mereka. Itulah sebabnya masyarakat sangat membenci pemungut cukai dan mencaci maki mereka sebagai salah satu yang terendah di masyarakat, diperlakukan dengan hina dan dicap bahkan sebagai pengkhianat bangsa. Mereka dipandang sebagai kolaborator yang menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang baik karena hubungan mereka dengan pemerintah Romawi dan aparatnya, dan orang-orang menjadi sangat membenci hal ini.

 

Jadi, seandainya Tuhan Yesus menjawab bahwa orang-orang harus membayar pajak kepada orang Romawi, maka orang-orang Farisi akan sangat mendiskreditkan Dia dan membuat Dia dibenci oleh orang banyak. Sebaliknya, seandainya Tuhan Yesus berkata bahwa orang-orang tidak boleh membayar pajak, maka orang-orang Farisi akan menggunakan kesempatan itu untuk menyerang-Nya dengan melaporkan-Nya kepada orang-orang Romawi, seperti yang akan mereka lakukan bersama-sama dengan Sanhedrin ketika mereka menyerahkan Tuhan Yesus bagi orang Romawi untuk penyaliban.

 

Tidak membayar pajak adalah salah satu kesalahan paling parah yang pasti akan dihukum dengan sangat keras oleh orang Romawi. Bagaimanapun, orang Romawi telah memperlakukan pengkhianat dan kegiatan pengkhianatan dengan sangat keras sepanjang sejarahnya. Sebaliknya, Tuhan Yesus dengan bijaksana mengarahkan jalan-Nya keluar dari kesulitan dengan pertama-tama menegur orang-orang Farisi atas upaya jahat mereka dalam mencoba menjebak dan mendiskreditkan Dia, dan kemudian mengatakan bahwa dalam hal ini, maka setiap orang harus memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar, dan dengan cara yang sama, memberikan kepada Tuhan, apa yang menjadi milik Tuhan. Dengan cara ini, Tuhan tidak mengatakan bahwa orang-orang harus tunduk kepada orang Romawi untuk pajak mereka, atau bahwa mereka tidak boleh membayar pajak. Sebaliknya, mereka memberikan apa pun yang menjadi hak masing-masing.

 

Harus diingat bahwa manusia adalah milik Tuhan, dan karena itu harus memberikan kepada Tuhan apa yang menjadi hak-Nya, yaitu mencintai-Nya dan mengabdikan diri kepada-Nya dengan sepenuh hati. Setiap pribadi memiliki peran sebagai warga negara dan masyarakat yang patuh di negara dimana berada. Tentu saja ini tidak berarti bahwa kita mengikuti aturan secara membabi buta, karena kita juga harus mematuhi hukum dan ajaran Gereja. Tapi itu berarti bahwa selama aturan negara tidak bertentangan dengan esensi ajaran Gereja dan sejalan dengan nilai-nilai dan nilai-nilai iman Katolik kita, kita harus mematuhi dan mengikutinya. Itulah sebabnya, kita semua sebagai orang Katolik, kita harus baik dan berbudi luhur dalam semua tindakan dan perbuatan kita. Kita harus menjadi orang Katolik yang baik dan pengikut Tuhan, sama seperti kita juga harus menjadi warga negara yang baik dan taat hukum.

 

Kita tidak boleh seperti orang Farisi dan semua orang munafik itu, yang secara lahiriah menunjukkan kesalehan dan iman, namun, mereka tidak memiliki kasih dan pengabdian yang nyata dan tulus kepada Tuhan. Dengan cara ini, mereka tidak memberikan kepada Tuhan, apa yang menjadi milik Tuhan, yaitu cinta dan ketaatan mereka. Tuhan telah memanggil kita semua untuk mengikuti Dia, dan untuk melakukan apa yang telah Dia ajarkan dan tunjukkan untuk kita lakukan. Kita semua dipanggil untuk menanggung kebenaran dan kasih-Nya, untuk menjadi saksi-Nya yang setia di komunitas kita masing-masing. Dan khususnya, selama masa-masa sulit dan penuh tantangan ini, apakah kita sudah menjadi tetangga dan sahabat yang baik bagi semua orang yang membutuhkan di sekitar kita? Atau apakah kita lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah dan keinginan kita sendiri?

 

Kita harus berani menjadi teladan dalam tindakan dan perbuatan kita, dalam bertanggung jawab dalam tindakan kita sehari-hari, dan dalam menunjukkan kepedulian terhadap orang lain yang membutuhkan. Mari kita semua membantu satu sama lain dan memainkan peran kita, melakukan yang terbaik yang kita bisa untuk menjadi orang Katolik yang pertama dan terutama, setia dan penuh kasih, dan juga sebagai warga negara yang berkontribusi dan taat hukum.

Pada Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia, kita kaum beriman diingatkan kembali untuk menjalani hidup sungguh sebagai orang merdeka. Karena itu kita harapkan bahwa pemerintah menjadi bijak mempertahankan ketertiban dalam masyarakat agar hidup bersama menjadi teratur. Hal ini hanya bisa terlaksana mengandaikan orang hidup dengan tidak menjadi congkak dan menjauhi kelaliman, kekerasan, uang haram dan ketamakan. Karena kenyataan, oleh karena hal-hal yang melanggar hidup benar dan adil, itulah menyebabkan hidup bersama sebagai sebuah bangsa sering menjadi kacau.

Kita dipanggil untuk hidup sebagai warga bangsa dan warga agama yang merdeka. Tuhan menghendaki agar setiap kita hidup seturut kehendak Allah yakni berbuat baik dan tidak pernah menyalahgunakan kemerdekaan untuk menyelubungi kejahatan. Tuhan meminta dari kita untuk hidup selayaknya sebagai seorang hamba Allah. Karena itu kita hendaknya menghormati semua orang, mengasihi sesama, saling pengertian dan takut akan Allah, juga taat terhadap pemimpin.

Demikianlah hidup kita sepatutnya. Bahwa kita mesti pada akhirnya menaruh sikap taat akan pemimpin dan takut akan Allah. Atau dengan bahasa Yesus, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib Kamu berikan kepada Allah." Di sini sebenarnya Yesus mau mengingatkan kita untuk hidup benar dan adil atau hidup sebagai orang merdeka. Yakni menjadikan hidup kita 100 persen warga bangsa Indonesia dan 100 persen juga warga Gereja. Jika demikian halnya yang terjadi, maka di situlah damai tercipta.

Semoga Tuhan selalu bersama kita, dan semoga Dia membimbing kita dengan kebijaksanaan-Nya sehingga kita dapat membedakan dengan cermat pilihan tindakan kita, menghindari tindakan yang merugikan orang lain hanya karena kita memberi makan ego dan keegoisan kita sendiri. (memet_johan)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAKNAI PERTOBATAN ; BERUBAH DAN BERBUAH !!

PERTOBATAN MEMBAWA KESELAMATAN

KEBIASAAN BAIK UMAT KATOLIK