MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI UMAT KATOLIK

Ketika merayakan perayaan ekaristi kita telah menyambut tubuh Kristus. Komuni yang diterima bukan hanya sekedar lambang, tetapi adalah sungguh Kristus sendiri yang hadir untuk kita, sehingga dapat dikatakan bahwa komuni ini memberi hidup bagi kita. Hidup yang diberikan adalah hidup selamanya karena kita hidup dalam kasih Allah. Kasih yang telah diberikan Yesus adalah tanpa syarat karena berkat pengorbanan-Nya, maka kasih Yesus memberi hidup selamanya. Jika kita hidup bersama Kristus melalui komuni, maka kita juga kita akan bangkit bersama Kristus karena kasih-Nya sempurna. Kenangan kasih yang sempurna ini membentuk indentitas kita sebagai pengikut Kristus yang diberi hidup oleh Kristus. Tentunya, kenangan ini hadir lewat orang-orang disekitar kita yang mengasihi hidup kita. Maka, ketika merayakan perayaan ekaristi, kita mengingat pengorbanan yang diberikan oleh Yesus, ini tentunya memberikan kekuatan bagi kita. Ketika Yesus hidup dalam diri kita, maka kita menerima pribadi Yesus sendiri yang mampu mengubah hidup kita. Mukjizat yang kita rayakan hari ini tidak hanya perubahan tubuh dan darah Kristus, tetapi perubahan dalam diri kita sendiri untuk semakin serupa dengan Kristus. maka, hal yang perlu diharapkan adalah bukan situasi yang perlu diubah, melainkan diri kita sendiri yang perlu diubah. Hal ini dapat kita sadari ketika kita semakin rajin berdoa. Ketika hal ini terjadi kita akan dengan mudah untuk mengubah situasi karena berkat Tuhan sendiri yang telah mengubah diri kita. Maka, pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah bangkit bersama Kristus agar Kristus dapat mengubah hidup kita.

Umat Katolik Setiap hari Minggu dan bahkan setiap harinya merayakan Ekaristi. Mengapa setiap hari Minggu dirayakannya Ekaristi? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sangat mendasar sekali. Ekaristi dirayakan pada hari Minggu karena dirayakan pada hari Kristus mengalahkan maut dan membagikan hidup-Nya yang tak kenal maut kepada umat Kristiani. Selain itu juga, mengapa umat Kristiani merayakan Ekaristi setiap hari? Ekaristi merupakan sumber dan puncak dari kehidupan umat Kristiani. Maka, sudah menjadi keharusan umat Kristiani merayakan Ekaristi baik setiap hari Minggu maupun setiap harinya. Umat Kristiani disebut sebagai manusia Ekaristi. Disebut sebagai manusia Ekaristi, yaitu orang yang ambil bagian dalam Ekaristi, bukanlah orang yang menutup mata dan cuek terhadap urusan dunia. Namun sebaliknya, manusia Ekaristi adalah orang yang sudah mengalami kasih Tuhan dalam perayaan Ekaristi didorong untuk ambil bagian dalam perjuangan hidup yang konkret bagi dunia yang lebih baik dan masyarakat yang lebih damai dan penuh kasih. Umat Kristiani merayakan Ekaristi setiap hari Minggu dan bahkan setiap hari bukan hanya untuk memenuhi perintah Tuhan dan mengenangkan apa yang pernah Ia lakukan. Namun, lebih dalam Gereja merayakan secara liturgis kenangan akan Kristus, hidupNya, kematianNya, dan kebangkitan-Nya. Dengan demikian, Ekaristi merupakan perayaan pujian syukur atas kebaikan Tuhan yang telah dialami oleh umat Kristiani yakni keselamatan. Ekaristi adalah kurban syukur kepada Bapa. Ia adalah pujian, yang oleh Gereja menyatakan terima kasihnya kepada Allah atas segala kebaikanNya: untuk segala sesuatu, yang Ia laksanakan dalam penciptaan, penebusan dan pengudusan. Jadi Ekaristi pertama-tama merupakan upacara syukur. (KGK, 1360) Ekaristi berarti 'bersyukur'. Hidup Ekaristis adalah hidup yang dihayati dengan penuh syukur. Yesus memberikan Ekaristi kepada Gereja supaya Gereja mampu untuk selalu bersyukur atas segala pengalaman hidup yang boleh dialaminya. Makna dari Ekaristi ialah perayaan syukur kepada Allah. Oleh karena itu, semangat pujian syukur menjadi dasar seluruh hidup Gereja, umat Allah. Dengan demikian, Gereja, umat Allah hendaknya mudah bersyukur dari pada mengeluh. Ekaristi memampukan Gereja untuk sedikit demi sedikit membiarkan sikap mengeluh hilang dan memilih untuk bersyukur.

Dalam Katekismus Gereja Katolik, artikel 1326 dikatakan :Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup kristiani. Sakramen - sakramen lainnya, begitu pula semua pelayanan gerejani serta karya kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan kepadanya. Oleh perayaan Ekaristi kita sudah menyatukan diri sekarang ini dengan liturgi surgawi dan mengenyam lebih dahulu kehidupan abadi, di mana Allah akan menjadi semua untuk semua”.

 

Sakramen yang paling sering kita terima adalah Sakramen Ekaristi. Setiap Minggu, bahkan setiap hari, kita dapat merayakan Ekaristi dan menerima makanan ilahi, yaitu Kristus sendiri yang menyerahkan TubuhNya bagi keselamatan kita. Seperti halnya tubuh tanpa makan akan kehilangan daya hidupnya, demikian pula jiwa kita kehilangan kekuatan ilahinya tanpa Ekaristi. Ekaristi merupakan hidup Gereja. Oleh karena itulah dalam Katekismus tadi dikatakan: Ekaristi adalah sumber seluruh hidup Kristiani. Dengan demikian tanpa Ekaristi, Gereja kehilangan sumber hidupnya. Selain sebagai sumber, Ekaristi juga sebagai puncak seluruh kehidupan Kristiani. Puncak merupakan tujuan tertinggi dari sebuah perjalanan mendaki. Maka Ekaristi merupakan tujuan tertinggi dari seluruh kehidupan kristiani.

Mengapa Ekaristi diimani sebagai sumber dan puncak seluruh kehidupan kristiani? Karena dalam Ekaristi Tuhan Yesus sendiri hadir secara nyata dan memberikan Tubuh dan DarahNya sebagai kekuatan kehidupan ilahi kepada kita. Dalam Ekaristi, kita bersatu dengan Tuhan Yesus dan karena persatuan kita dengan Tuhan Yesus itulah, kita bersatu dengan Allah Tritunggal Mahakudus. Persatuan kita dengan Tuhan Yesus yang paling nyata terjadi dalam Ekaristi. Dengan demikian, di satu sisi, persatuan kita dengan Tuhan Yesus menjadi sumber yang mengalirkan kekuatan ilahi dalam kehidupan sehari-hari dan di sisi lain, tujuan perjuangan iman dalam kehidupan kita sehari-hari adalah bersatu dengan Tuhan Yesus. Dengan demikian kehidupan sehari-hari orang Katolik tidak dapat dipisahkan dari Ekaristi. Kehidupan sehari-hari merupakan lanjutan dari Ekaristi dan Ekaristi merupakan mahkota kehidupan sehari-hari. Maka semua masalah dan tantangan yang dihadapi dalam perjuangan para saudara setiap hari sebagai ayah dan ibu untuk kesejahteraan keluarga, terutama untuk anak-anak, memperoleh makna terdalam dalam perayaan Ekaristi.

Sebagai ayah dan ibu, kita tidak hanya memberi makan pada anak-anak, tetapi menjadi makanan bagi anak-anak. Segala harapan, cinta, kegembiraan, kekecewaan, kecemasan, doa, kerja keras setiap hari menjadi makanan bagi anak-anak. Karena cinta, semua dikurbankan bagi anak-anak. Dalam perayaan Ekaristi, semua kurban itu disatukan dengan kurban yang dipersembahkan Kristus. Dengan demikian seluruh kurban kita dikuduskan bagi Allah. Dalam perayaan Ekaristi itu pula, dengan menerima Tubuh Kristus, sebagai orangtua, kita bersatu dengan Kristus yang memberi kekuatan ilahi untuk berjuang dalam hidup seharihari. Dari Ekaristi kita memperoleh sumber hidup ilahi yang memberi kekuatan untuk berjuang dalam hidup sehari-hari dengan segala masalah dan tantangan yang dihadapi.

Dengan demikian, Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Sebagai sumber dan puncak hidup Kristiani, Sakramen-sakramen lainnya berhubungan erat dengan Ekaristi dan terarah pada Ekaristi.

     Ekaristi memberikan daya hidup ilahi bagi mereka yang sudah menerima pembaptisan dan semakin erat disatukan dalam Gereja sebagai persekutuan putra-putri Allah.

     Ekaristi menjadi kekuatan merasul dan menjadi saksi iman bagi mereka yang telah menerima Sakramen Penguatan.

     Dalam Sakramen Tobat, dilimpahkan pengampunan dosa dari Allah yang Mahabelaskasih. Sakramen Tobat mengembalikan persatuan dengan Allah yang telah dilukai karena dosa. Persatuan dengan Allah itu diteguhkan secara nyata dalam Ekaristi.

     Dengan menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit, seseorang memperoleh rahmat kesembuhan jiwa dan tubuhnya dari Kristus, sang Tabib Ilahi. Sakramen Pengurapan Orang Sakit juga menyatukan seluruh penderitaan dan sakitnya dengan penderitaan Kristus sehingga seluruh hidup dikuduskan. Kesatuan dengan Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit ini secara nyata dan sempurna terjadi dalam Ekaristi.

     Dalam Sakramen Perkawinan, karena saling mencintai, seorang laki-laki dan seorang perempuan saling memberikan diri seutuhnya untuk disatukan oleh Allah dengan ikatan ilahi yang tak terputuskan. Cinta yang memberikan diri seutuhnya ini memperoleh keilahian yang sempurna dalam Ekaristi. Karena dalam Ekaristi, Kristus memberikan Diri seutuhNya karena cinta demi keselamatan manusia.

     Tanpa Sakramen Imamat, tidak ada Ekaristi. Maka sangat jelas dan tegas salah satu yang pokok dan tak boleh diabaikan bahwa Sakramen imamat diadakan untuk Sakramen Ekaristi. Sakramen Imamat kehilangan hakekatnya tanpa Ekaristi dan Ekaristi tidak mungkin diadakan tanpa Sakramen Imamat.

    Selanjutnya dalam Katekismus Gereja Katolik, 1324, dinyatakan bahwa seluruh pelayanan gerejani dan karya kerasulan berhubungan erat dan terarah pada Ekaristi. Dengan ini Gereja menyatakan, seluruh pelayanan dan karya kerasulan Gereja bertujuan mewujudkan secara nyata persatuannya dengan Kristus. Oleh karena itu, persatuan dengan Kristus dalam Ekaristi harus diwujudkan dalam karya pelayanan dan kerasulan Gereja yang konkrit. Maka karya pelayanan dan kerasulan Gereja yang konkrit merupakan kelanjutan dari Ekaristi yang dirayakan. Demikian pula sebaliknya, pelayanan dan karya kerasulan membawa Gereja untuk semakin bersatu dengan Kristus dalam Ekaristi. Maka, semua umat yang ambil bagian dalam pelayanan dan karya kerasulan Gereja tentunya semakin mencintai Ekaristi. Dan cinta kepada Ekaristi tentunya membuahkan pelayanan dan karya kerasulan yang mengembangkan kehidupan Gereja.

    Oleh perayaan Ekaristi, kita sudah menyatukan diri sekarang ini dengan liturgi surgawi dan mengenyam lebih dahulu kehidupan abadi. Dengan ini Gereja menyatakan imannya bahwa perayaan Ekaristi bukanlah sebatas ibadat yang kita lakukan di dunia ini, tetapi juga menghadirkan liturgi surgawi. Oleh karena itu, dalam Ekaristi dalam banyak kesempatan selalu dinyatakan bersama dengan para malaikat, para kudus, bala tentara surgawi. Ini bukanlah kata-kata belaka, tetapi sungguh demikian. Setiap kali Ekaristi, kita yang masih berziarah di dunia ini, selalu merayakannya bersama para malaikat dan komunitas Gereja yang sudah jaya dalam kerajaan surga yang abadi, yaitu para kudus yang telah memperoleh kemuliaan yang abadi. Bukan hanya itu. Komunitas Gereja yang menderita, yaitu jiwa-jiwa mereka yang sudah meninggal namun masih harus disucikan di api penyucian juga ikut hadir dalam Ekaristi. Oleh karena itu, setiap kali Ekaristi, kita selalu mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia. Menjadi sangat jelas bahwa Sakramen Ekaristi bukan hanya berhubungan dengan kehidupan kita di dunia ini saja tetapi juga berhubungan langsung dengan komunitas Gereja yang sudah jaya dalam kemuliaan surgawi yang abadi dan komunitas Gereja yang masih menderita di api penyucian. Tidak ada Sakramen lain yang lebih agung dari Ekaristi. Oleh karena itu, setiap umat Katolik hendaknya semakin mencintai Ekaristi dan setia merayakannya dengan penuh iman.

    Sebagai Gereja Rumah Tangga, hendaknya setiap keluarga Katolik mencintai dan menghormati Ekaristi suci sebagai sumber dan puncak seluruh perjuangan hidup. Persatuan dengan Kristus yang terjadi secara nyata dalam Ekaristi hendaknya mewarnai kehidupan keluarga dan relasi kasih antar anggota keluarga. Dalam Ekaristi, karena cintaNya, Tuhan Yesus mengorbankan Diri dengan menyerahkan seluruh hidupNya: Inilah TubuhKu, makanlah; Inilah DarahKu, minumlah. Itulah yang terjadi dalam Ekaristi suci. Tidak ada cinta tanpa kurban. Dan kurban selalu menyakitkan. Tidak ada kurban yang enak dan menyenangkan. Oleh karena itu, bersama Tuhan Yesus, seorang suami dan istri, karena cinta, saling menyerahkan diri seutuhnya: Inilah TubuhKu, makanlah; Inilah DarahKu, minumlah. Demikian pula sebagai ayah dan ibu, bersama Tuhan Yesus, yang karena cinta menyerahkan seluruh hidup bagi anak-anak: inilah tubuhku, makanlah; inilah darahku, minumlah. Demikianlah kehidupan keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga, yang dibangun oleh cinta selalu berkorban memperoleh puncak keilahian dalam Ekaristi dan memperoleh daya cinta ilahi dari Ekaristi. Oleh karena itu, alangkah indahnya, sebagai Gereja Rumah Tangga, setiap keluarga Katolik yang tinggal bersama, merayakan Ekaristi secara bersamasama.

    Persatuan dengan Kristus dalam Ekaristi harus diwujudkan dalam karya pelayanan dan kerasulan Gereja yang konkrit. Maka karya pelayanan dan kerasulan Gereja yang konkrit merupakan kelanjutan dari Ekaristi yang dirayakan. Demikian pula sebaliknya, pelayanan dan karya kerasulan membawa Gereja untuk semakin bersatu dengan Kristus dalam Ekaristi. Benarkah kesetiaan kita merayakan Ekaristi membuahkan keterlibatan dalam hidup menggereja? Apa saja peran kita dalam hidup menggereja? Benarkah keterlibatan kita dalam hidup menggereja mendorong kita untuk semakin bersatu dengan Tuhan Yesus dalam Ekaristi? Apa saja yang selama ini menghambat atau menjauhkan kita dari keterlibatan dalam kehidupan Gereja di Lingkungan, Stasi dan Paroki? (memet_johan)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAKNAI PERTOBATAN ; BERUBAH DAN BERBUAH !!

PERTOBATAN MEMBAWA KESELAMATAN

KEBIASAAN BAIK UMAT KATOLIK