PERAN BUNDA MARIA DALAM KELUARGA KATOLIK
Dalam
Anjuran Apostolik Pasca-sinode Familiaris
Consortio tentang Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia
Modern 22 November
1981, Paus Yohanes Paulus II menyatakan, “Semoga Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, juga menjadi
Bunda Gereja Keluarga. Melalui bantuan Bunda Maria dengan segala keibuannya,
semoga setiap keluarga kristiani menjadi suatu “gereja kecil”, dimana misteri
Kristus menjadi nyata.” Karena itulah di kemudian hari, Paus
Yohanes Paulus II menambahkan satu lagi gelar baru untuk Bunda Maria yaitu Ratu
Keluarga di dalam doa Litani kepada Santa Perawan Maria. Penambahan gelar Maria
sebagai Ratu Keluarga ini mengalir dari fakta bahwa Maria adalah Bunda Gereja.
Keluarga tidak hanya dipandang sebagai sebuah
gereja kecil, keluarga menjadi sebuah tempat pertumbuhan benih iman yang
ditanam melalui sakramen baptis. Benih itu kemudian dipupuk melalui pengajaran
dan keteladanan hidup yang baik dari para orang tua dan segenap anggota
keluarga yang tinggal di dalamnya. Di lain pihak, keluarga yang merupakan sel
terkecil dari Gereja ikut serta membangun Tubuh Mistik Kristus. Di dalam
keluarga itulah setiap anggota keluarganya belajar untuk berdoa, belajar untuk
hidup bersama, belajar keutamaan-keutamaan moral dan sosial sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Di sini kita bisa memohon
Maria sebagai Ratu Keluarga untuk membantu keluarga-keluarga sebagai Gereja
kecil mengantar, melindungi dengan doa-doa sucinya dalam membangun Tubuh Mistik
Kristus itu.
Ada
banyak hal yang bisa diteladani dari hidup Maria untuk perjalanan hidup setiap
keluarga. St. Ambrosius mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah teladan Gereja
dalam hal iman, kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus (bdk. LG 63). Kita tidak
perlu ragu lagi akan iman dan ketaatan Maria karena ia telah melahirkan Putra,
yang oleh Allah dijadikan yang sulung di antara banyak saudara (Rm 8:29), yaitu
umat beriman. Maria bekerja sama dengan cinta kasih keibuannya untuk melahirkan
dan mendidik mereka sebagaimana ia melahirkan dan mendidik Putranya.
Sebagai ibu yang mengandung, melahirkan dan
membesarkan Yesus, Maria hadir dalam kehidupan Yesus di dunia. Iman Maria
diuji, dibentuk, dan disempurnakan oleh Tuhan dalam setiap peristiwa hidup
dirinya bersama dengan Putranya, saat kelahiran-Nya, saat harus mengungsi ke
Mesir, saat ditinggalkan di Bait Allah, saat peristiwa perkawinan di Kana
sampai saat puncaknya ketika ia menghampiri Putranya yang wafat di kayu salib.
Maria selalu menyertai perjalanan Putranya dan menyimpan setiap peristiwa itu
di dalam hatinya yang suci. Dan di kaki salib itu, saat Yesus yang wafat berada
di pangkuannya, Maria membuktikan persatuannya dengan Kristus, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu,
ya Tuhan” (bdk. Luk 1:38).
Lukas secara khusus menampakkan wajah Maria
dengan imannya (bdk. Luk 1:45), harapan dan ketaatannya (bdk. Luk. 1:38), dan
terutama kerendahan hati dan doa yang dipanjatkannya (bdk. Luk 1:46-56), serta
keterbukaan dirinya untuk membiarkan Roh Kudus berkarya di dalam dirinya (bdk.
Luk 1:35). Wajah Maria ini menyatakan kepada kita bahwa Maria adalah model yang
patut diteladani. Paus Benediktus XVI memberikan sebuah pernyataan tentang
Maria dalam kesempatan Perayaan Ekaristi memperingati 150 tahun penampakan
Perawan Maria di Lourdes pada tanggal 14 September 2008, “Di tempat ini, Maria datang kepada kita
sebagai seorang ibu, yang selalu membuka hatinya pada kepentingan anak-anaknya.
Melalui cahaya yang terpancar pada wajahnya, Maria menampakkan Allah yang
berbelaskasih. Marilah kita mendekati dia agar pancaran wajahnya menyentuh hati
kita sehingga kita merasakan kasih Allah dan yakin bahwa Dia tidak meninggalkan
kita! Maria datang untuk mengingatkan kita bahwa doa yang didasarkan atas
kerendahan hati, kepercayaan dan penyerahan diri menempati pusat hidup
kristiani kita.”
Di tengah-tengah tantangan zaman ini yang penuh dengan pertentangan, keluarga-keluarga Kristiani pun mengalami perjuangan dan penderitaan yang besar. Tak jarang banyak keluarga Kristiani mengalami krisis kesetiaan dan minimnya pembinaan iman Kristiani bagi anak-anak mereka. Tetapi di lain pihak, Gereja tetap memperjuangkan makna kehidupan bagi keluarga Kristiani, yakni keutuhan martabat perkawinan dan persekutuan cinta kasih keluarga Kristiani. Dengan membaktikan keluarga-keluarga Kristiani kepada Santa Perawan Maria, Bunda Allah dalam misteri Kristus dan Gereja, maka setiap keluarga Kristiani menjadi teladan bagi segenap keluarga manusia yang mewartakan cinta kasih persaudaraan sejati.
Seorang ibu yang baik akan
melihat bahwa kehidupan beriman suami maupun anak-anaknya, adalah sesuatu yang
sangat penting dan harus diperhatikannya. Jika kita melihat sebuah keluarga
baik, maka hampir pasti di sana ada peran besar seorang perempuan atau ibu.
Cara dan gaya hidup seorang perempuan menentukan gaya hidup keluarganya, juga
seandainya dalam keluarga itu kehidupan beriman tidak terlalu baik. Inspirasi
dapat diperoleh oleh seluruh keluarga, jika seorang perempuan mampu dengan konsisten
mempertahankan gaya hidup berimannya, gaya hidup doanya, tutur katanya, dan
terutama tindakan-tindakannya yang dapat dicontoh bagi orang-orang serumah yang
hidup bersamanya. Dengan gaya yang khas, kadang melalui keluwesan, melalui ketegasan, atau
melalui kelembutan, seorang ibu dapat menginspirasi anaknya untuk hidup lebih
baik dalam semangat hidup maupun dalam keyakinan imannya. Meskipun
kadang-kadang dipandang sebagai sesuatu yang berlebihan oleh orang orang
serumah, karena gaya hidup yang dipandang “terlalu” suci, tetapi bagaimanapun
juga karena ibu tersebut terus melakukannya dan terbukti dapat lebih kuat
bertahan dan tangguh dalam hidupnya, maka seluruh keluarga mau tidak mau,
bersama waktu, akan ikut dipengaruhi oleh cara hidup sang ibu.
Menanggapi situasi yang akhir-akhir ini melanda
banyak keluarga, terutama anak-anak dan permasalahannya, maka baik jika kita
sekalian memperkuat, dan memperteguh diri dalam mendidik anak-anak dan bahkan
seluruh keluarga melalui cara hidup kita. Kepandaian dan kecerdasan seorang ibu
dalam mengurus rumah tangganya, sangat penting dan bahkan sangat esensial untuk
membentuk sebuah keluarga yang penuh kasih, disiplin dan beriman. Seorang ibu
yang berpendidikan tinggi, atau seorang ibu yang pandai, tidak perlu berkecil
hati jika anda menjadi seorang Ibu biasa. Dengan kesederhanaan atau
keugaharian, anda dapat menjadi seorang ibu yang lebih baik tanpa harus merasa
bahwa ilmu dan kepandaian anda sia-sia.
Menghadapi situasi era digital, serbuan informasi yang tanpa batas; gaya hidup millennial dengan kemudahan dan dengan segala sesuatu yang instan perlu ditanggapi secara lebih serius oleh para ibu. Para ibu Katolik yang terkasih, iklaskan hidupmu dengan menjadi seorang ibu sejati bagi anak-anak dan menjadi istri yang tangguh bagi suami seperti bunda Maria yang sejak panggilannya menjadi bunda yang perkasa dan bahkan sekarang menjadi panutan semua umat beriman kepada Kristus, Putranya.
Tetaplah bertahan dalam mendidik anak-anak mencintaii proses; tetaplah bertahan dalam berbicara dan berkomunikasi dengan mereka, kendati tidak selalu mudah berbicara dengan anak-anak, remaja atau anak dewasa. Bunda Maria tahu apa artinya menjadi ibu, mendidik, menyimpan di dalam hati, merenungkan, memutuskan dengan bijaksana, dan selalu bersikap sebagai ibu sejati.
Maria menerima
panggilannya dengan ikhlas (Luk. 1:38); Ia seorang yang pandai mengatasi emosi
dan perasaannya (Luk. 2:19); ia menaruh perhatian pada Putranya (Luk. 2:48);
dan sebagai ibu, Maria mencintai Putranya sampai wafat-Nya di salib (Yoh.
19:25-27). Betapa agung jalan hidup perempuan yang luar biasa sederhana dan
sekaligus perkasa ini. Seharusnya, setiap ibu meneladan cara Maria menjalani
hidup dan panggilannya dalam keluarga. Bersikaplah lembut, berpikirlah bijaksana. Lanjutkan
sikap konsisten dalam hidup menggereja dan beriman. Bertekunlah dalam doa dan
doakanlah suami dan anak-anak kepada Yesus. Jangan menyerah dan teruslah
berharap akan yang baik. Tuhan akan selalu menyertai seluruh keluarga kita.
Salam, Maria penuh rahmat. Tuhan sertamu.
Terpujilah Engkau di antara wanita dan Terpujilah Buah Tubuhmu, Yesus.
Santa Maria Bunda Allah, doakan lah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu
kami mati. Amin. (memet_johan)
Komentar
Posting Komentar