MENJADI SAKSI KRISTUS
Misi utama kedatangan Yesus ke tengah dunia: menyelamatkan kita dan menunjukkan belas kasih Allah. Yesus, yang adalah Putra Tunggal Allah datang dan hadir di tengah-tengah kita, pertama-tama untuk menyelamatkan kita umat manusia dari jurang dosa dan maut. Sebab, Ia lebih berkuasa dari maut.
Ia juga hadir untuk menunjukkan hati Allah yang berbelas kasih
dengan melaksanakan segala kehendak Bapa-Nya, termasuk menggenapi semua isi
Taurat Musa, yang sudah lama diberikan kepada umat Israel dalam konteks dunia
Perjanjian Lama.
Hal ini terungkap secara jelas dalam narasi Injil Matius yang
kita renungan hari ini. Yesus dengan tegas memproklamirkan hal itu di hadapan
murid-murid-Nya: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab Para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya” (Mat. 5:17).
Dengan ini, menjadi jelas bagi kita bahwa Yesus merupakan
penggenapan seluruh isi Hukum Taurat dan bahwa segala karya perutusan-Nya di
tengah dunia bertujuan memperkaya khazanah hukum Taurat dan hukum cinta kasih
Kristiani.
Menjadi Saksi Kristus
Sebagai murid-murid Kristus di zaman ini, kita semua dipanggil
untuk menjalankan misi perutusan yang satu dan sama, yakni mengembangkan karya
misi keselamatan Allah. Dalam konteks ini, kita diminta untuk mengikuti gaya
hidup dan gerak pastoral Yesus. Masing-masing kita tentu memiliki kemampuan,
keterampilan, dan karisma yang berbeda-beda, namun semuanya itu mesti
dipergunakan sebaik mungkin untuk kemuliaan Allah, keselamatan sesama dan
kebahagiaan diri kita sendiri.
Dalam bingkai inilah, kita semua dipanggil untuk menjadi saksi
Kristus. Menjadi saksi Kristus pertama-tama mesti akrab dan dekat dengan Yesus
Kristus sendiri. Dengan kata lain, kedekatan relasi kita dengan Yesus Kristus
menjadi kunci utama untuk dapat bersaksi tentang Dia.
Sebab apa yang mau kita wartakan kepada orang lain kalau kita
sendiri tidak dekat dan akrab dengan Dia yang akan kita berikan kesaksian; apa
yang kita ceritakan kepada sesama kita kalau kita sendiri tidak mengalami
kedekatan atau tidak memiliki pengalaman iman dengan Dia?
Sama seperti ketika kita menjadi saksi atas suatu peristiwa,
kita mesti benar-benar mengalami peristiwa itu atau paling kurang kita melihat
sendiri peristiwa itu. Demikian juga ketika kita menjadi saksi dari orang-orang
tertentu yang berstatus khusus. Kita mesti tahu secara pasti tentang orang itu
terutama seluk-beluk sikap dan tingkah lakunya, dan dengan demikian kita dapat
memberikan rekomendasi atau keterangan yang sebenarnya. Hal ini penting untuk
menghindari terjadinya hoaks, kesaksian palsu, dan kebohongan. Di sini, faktor
kedekatan kita dengan orang-orang tersebut juga sangat berpengaruh.
Biasanya, kalau seseorang dipanggil untuk menjadi saksi atas
suatu peristiwa, yang dikisahkan adalah tentang kebenaran, tentang hal-hal yang
benar-benar terjadi, tanpa polesan, atau tanpa basa-basi terlalu banyak. Langsung
ke inti persoalan, dan menceritakan peristiwa itu apa adanya. Dengan kata lain,
menjadi saksi berarti menjadi penutur yang jujur, menjadi narator yang polos,
dan menjadi pembicara yang setia pada kebenaran.
Bagaimana untuk bisa menjadi Saksi yang Benar
Sebagai saksi Kristus, kurang lebih ada 2 hal yang perlu kita
perhatikan bersama seturut pesan dari bacaan-bacaan suci hari ini.
Pertama, kita diajak selalu bersikap SETIA kepada Tuhan. Sikap ini
merupakan salah satu tuntutan kemuridan Yesus. Setia berarti bersiap sedia dan
berani menjalankan kehendak dan perintah Tuhan.
Setia juga berarti berani bertanggung jawab terhadap pilihan
hidup, termasuk siap sedia menjalankan tugas pelayanan. Tentang hal ini, kita
semua perlu belajar dari Yesus yang datang untuk melaksanakan kehendak dan
rencana Bapa-Nya.
Kedua, kita dituntut untuk senantiasa memperjuangkan keadilan,
menyuarakan kebenaran dan membumikan kejujuran. Hal ini secara implisit
ditegaskan Yesus dalam Injil: “Jangan
bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu kepada Tuhan… Jika ya, hendaklah
kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak. Apa yang lebih
daripada itu berasal dari si jahat” (Mat. 5:33, 37).
Marilah dalam terang Sabda Tuhan hari ini, kita terus berbenah
diri untuk menjadi saksi Kristus yang sejati baik dalam kata-kata maupun dalam
tindakan hidup sehari-hari. Semoga Tuhan berkenan memampukan kita semua. Amin. (memet_johan)
Komentar
Posting Komentar