MAKNA ESKATOLOGIS DOA ARWAH
Adalah sebuah kebutuhan mendasar manusia untuk mengenang saudara-saudara, orang tua atau leluhurnya yang sudah meninggal. Di setiap kebudayaan dan suku, entah di Timur maupun Barat ada kebiasaan ini. Orang tetap merasakan adanya hubungan antara orang yang masih hidup dan yang sudah meninggal. Tradisi Katolik memiliki kesamaan juga dengan banyak tradisi tadi. Setiap tanggal 2 November Gereja Katolik memperingati arwah semua orang beriman. Selain itu ada banyak tradisi doa Katolik untuk orang yang sudah meninggal. Namun demikian dibandingkan dengan kebudayaan lain, orang Katolik mempunyai kekhususan. Saya akan coba membahasnya dalam artikel ini.
Mengapa berdoa bagi yang sudah meninggal
Ada beberapa alasan mengapa kita
berdoa untuk orang yang sudah meninggal:
Pertama, kita mendoakan mereka karena
kita mempunyai hubungan yang tetap sebagai anggota Gereja. Dengan dibaptis,
kita semua menjadi anggota keluarga Alah dan anggota tubuh mistik Kristus.
Mistik berkaitan dengan misteri keselamatan dalam Kristus, dimana kita
dimasukkan di dalamnya dan dipersatukan baik dengan yang masih berziarah
sekarang ini, maupun dengan mereka yang sudah berjaya di surga dan mereka yang
di api penyucian. Persekutuan itu tidak terbatas di dalam masa hidup kita,
melainkan juga melampaui kehidupan yang skarang ini. Sebagaimana anggota tubuh
kita saling bantu-membantu satu sama lain dalam perjalanan menuju tujuan kita:
yaitu kebahagiaan hidup yang kekal. Kita yang masih hidup mendoakan yang ada di
api penyucian dan mereka yang sudah berjaya di surga mendoakan kita yang masih
di bumi ini. Jadi doa kita ada dalam rangka membantu mereka mencapai tujuan
surgawi itu.
Kedua, kita juga mendoakan saudara
kita, karena kita percaya akan Tuhan yang peduli akan nasib orang yang sudah
meninggal. Yesus sendiri menjanjikan hidup kekal bagi orang yang percaya. Ia
menyiapkan tempat di rumah Bapa di surga. Sabda Yesus: barang siapa percaya
kepadaKu akan hidup, biarpun sudah mati. Yesus bahkan meneguhkan sabda-Nya
dengan kematian dan kebangkitan-Nya sendiri. Dengan mati Ia bersolider dengan
pengalaman eksistensial manusia semua, namun juga memberi harapan kebangkitan.
Siapa beriman akan mengikuti gerakannya ini: meskipun mati ia akan bangkit lagi
bersama Dia. Ini bukan hanya sebuah pralambang, sungguh-sungguh nyata. Maut
tidak lagi menakutkan. Maut kehilangan sengatnya, karena Yesus sudah
mengalahkan maut itu. Dalam Dia ada hidup yang kekal.
Ketiga, tentu saja saudara kita memang sungguh-sungguh membutuhkan bantuan kita. Mereka yang sudah percaya pada Yesus, memang sungguh-sungguh akan selamat, tetapi karena ada dosa dan hukumannya yang masih harus dibersihkan, mereka masih mengharapkan belas kasih Allah lagi untuk mengampuni dosa itu. Yesus sendiri pernah bersabda bahwa ada dosa yang akan dihapuskan di dunia yang akan datang (bdk. Mat 12:32). Nah, dalam cinta kasih kepada saudara kita itu, kita berdoa. Kita percaya bahwa cinta kita terangkat sampai kepada kebahagiaan kekal orang yang kita cintai.
Isi doa bagi orang yang meninggal
Mengenai apa isi doa kita, kita
bisa belajar dari Doa Syukur Agung, dimana ada bagian khusus untuk mendoakan
arwah. Doa Syukur Agung II misalnya: “Ingatlah akan hamba-hambaMu … yang (hari
ini) (telah) Engkau panggil ke hadirat-Mu. Ketika dibaptis Saudara kami ini
menjadi satu dengan Kristus. Ia (mereka) telah menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian. Semoga kini ia (mereka) menjadi serupa pula dengan Dia dalam
kebangkitan. Ingatlah (pula) akan saudara-saudari kamu, kaum beriman, yang
telah meninggal dengan harapan akan bangkit, dan akan semua orang yang telah
berpulang dalam kerahimanMu. Terimalah mereka dalam cahaya wajahMu
Jadi inti doa kita adalah: agar saudara
kita bangkit bersama seperti Kristus; dan selanjutnya agar mereka masuk dalam
cahaya kemuliaan Tuhan, artinya memandang Dia dalam kemuliaan: dari muka ke
muka dalam keadaan bersih (bdk. 1Yoh). Ini adalah harapan akan keadaan surga
yaitu keberadaan bersama dengan Allah dan melayaniNya. Tentu saja, kita juga
berdoa agar nanti kita semua bisa duduk bersama dalam perjamuan abadi di surga
bersama mereka dan para kudus. Itulah makna eskatologisnya doa kita.
Api Penyucian
Banyak orang mempunyai keyakinan bahwa doa kita membebaskan arwah dari api penyucian. Keyakinan ini kurang tepat, sebab bukan api penyucian yang harus dihindari, melainkan api neraka, yaitu tempat dimana jiwa-jiwa sama sekali menolak Tuhan, dan dengan demikian tidak lagi peduli dengan keselamatan dari Tuhan. Kitab Suci menyebut api neraka ini sebagai api yang kekal dan tak terpadamkan (bdk. Mat. 18:8-9; Mrk 9:22), api yang disediakan untuk iblis dan para malaikatnya (Mat. 25:41). Sebaliknya api penyucian adalah api cinta kasih, api rahmat yang memurnikan jiwa-jiwa orang beriman. Api itu menghanguskan pekerjaan yang tidak tahan uji, tetapi jiwa orang beriman akan diselamatkan ‘seperti dalam api’ (lih. 1Kor 3:15). Dari ungkapan api itulah api ini disebut api penyucian. Tentu terutama dalam arti fisik, melainkan api sebagai gambaran untuk kekuatan rahmat Tuhan yang menyucikan jiwa.
Soal waktu berdoa bagi arwah yang meninggal
Kadang-kadang orang bertanya:
sampai berapa lama kita harus berdoa untuk orang yang meninggal? Apakah sesudah
1000 hari sudah ada kepastian bahwa saudara kita masuk surga seperti kebiasaan
di tempat tertentu? Terhadap pertanyaan ini harus disebut bahwa ada beda
pengertian tentang waktu. Manusia menghitung waktu secara kronologis, waktu
yang selalu terbatas. Tetapi orang yang meninggal masuk kepada waktu Tuhan,
ialah hidup kekal, yang dihitung dalam waktu rahmat atau waktu Charis, dalam bahasa
Yunani. Hidup Kekal di sini bukan dalam arti periode yang lama sekali tanpa
ujung, melainkan kehidupan yang dipenuhi Allah sendiri. Waktu tidak terbatas,
atau bahkan tak ada waktu lagi. Jadi kita tidak menghitung waktu; doa kita
tidak merujuk pada lama penyucian, melainkan pada cinta dan tanda iman akan
rahmat-Nya. Yang di api penyucian adalah orang yang meninggal dalam rahmat.
Cinta dan belas-kasih Tuhan akan semakin memasukkannya lebih mesra dalam
persekutuan cinta dengan-Nya. Jadi doa kita merupakan ungkapan cinta kita dan
tanda bahwa kita percaya bahwa tiap saat saudara kita semakin dekat pada Allah
sampai pada kepenuhannya. Kekuatan cinta Tuhanlah yang memantaskan dia masuk ke
surga.
Berbagai
bentuk doa untuk arwah
Ada banyak jenis doa untuk arwah:
yang pertama tentu Ekaristi, dimana kita mengenang jiwa-jiwa yang sudah
dipanggil. Ekaristi sangat berguna bagi mereka. Kedua, doa Rosario, khususya
terungkap dalam doa singkat sesudah perpuluhan Salam Maria: “Ya Yesus yang
baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarlah
jiwa-jiwa ke surga, terlebih jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu.”
Menurut tradisi, doa ini dipesankan oleh Bunda Maria sendiri dalam penampakan
di Fatima. Karena itu sering disebut doa Fatima.
Ada lagi ibadat penguburan itu
sendiri. Dalam penguburan, saat peti diturunkan pemimpin biasanya berkata;
“Saudara terkasih, bertolaklah memasuki hidup abadi dngan membawa tanda
kemenangan Kristus demi nama † Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin” Juga
ibadat-ibadat peringatan kematian mereka (tujuh, empat puluh, seratus, 1 tahun,
1000 hari dst) maupun peringatan bersama Gereja pada tanggal 2 November.
Requiescat In Pace (RIP)
Ada lagi ungkapan yang sebenarnya
merupakan doa, yaitu requiescat
in pace (RIP) dan ad
vitam aeternam. RIP berarti semoga ia beristirahat dalam damai,
biasanya didoakan pada akhir upacara pemakaman: “Tuhan berilah dia istirahat
kekal, dan sinarilah dia dengan cahaya abadi. Semoga semua orang yang sudah
meninggal beristirahat dalam damai. Amin.” Banyak makam Katolik ditandai dengan
singkatan RIP ini, untuk mengungkapkan doa yang tak berkesudahan. Sedangkan ad vitam aeternam atau vivat ad aeternam menunjuk
pada kehidupan kekal yang kita harapkan. RIP et vivat ad aeternam, bila
digabungkan dapat diartikan: semoga ia beristirahat dalam damai dan hidup
abadi. Sekali lagi, hidup abadi di sini berarti bahwa hidupnya dipenuhi dengan
kehadiran di hadapan Allah. Kita berdoa agar ia memandang wajah Allah dan dalam
kebahagiaan memuji dan melayani-Nya. Bagi orang Katolik dalam kematian hidup
itu tidak lenyap, melainkan hidup diubah. (memet_johan)
Komentar
Posting Komentar