KELUARGA KRISTIANI SEBAGAI KOMUNITAS KASIH DAN IMAN

 


Pada awalnya Allah menciptakan manusia menurut gambar dan citraNya. Ia menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan, dan demikian Allah menggoreskan dalam kodratnya bahwa manusia adalah kesatuan yang mendua; ada keterarahan dari dalam dirinya untuk bersatu dengan yang lain. Setelah manusia diciptakan, Allah memberinya kuasa untuk bersama Allah menciptakan manusia baru dan untuk mengenal, memberi nama segala makluk hidup. Dengan demikian Kitab Suci memberi landasan kepada kita bahwa Allah menciptakan keluarga sebagai tempat untuk menyalurkan kasih dan kehidupan.

Dalam Kitab Kejadian bab 1 dan 2 kita baca kisah tentang karya penciptaan dunia dengan manusia sebagai puncak karya Tuhan. Manusia diciptakan tidak hanya seorang diri (bdk. Kej 2:18 ; “ Tuhan Allah berfirman: tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”), bukan binatang atau tumbuhan, hanya manusialah yang mempunyai pikiran dan kehendak bebas. Hal kedua adalah bahwa manusia itu diciptakan menurut gambar dan citra Allah dan diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan (bdk. Kej 1:22-25).

Berdasarkan Hukum Gereja Katolik bahwa keluarga kristiani dibentuk secara sakramen yang memiliki sifat hakiki monogam dan tak terceraikan. Keluarga kristiani itu dibangun atas dasar cinta kasih, cinta suami istri disini bersifat unitif, artinya mempersatukan, tetapi juga prokreatif artinya terbuka bagi datangnya kehidupan baru. Kebahagiaan keluarga kristiani terletak dalam kesatuan dan kebersamaan, walaupun tidak adanya anak sebagai hasil buah cinta mereka. Justru disini harus ditumbuhkan sifat menghargai masing-masing pribadi, memandangnya dengan norma personalitas, bahwa suami atau istri adalah pribadi manusia yang diciptakan untuk mencintai dan dicintai. Martabat dan keluhurannya sebagai pribadi manusia harus dihormati dan dihargai lebih dari pada apa yang dimilikinya.

Dari gagasan tersebut di atas tampak jelas bahwa manusia itu pada hakekatnya bersifat terbuka / keluar dari dirinya menjangkau dan mencintai yang lain. Allah mengadakan perkawinan dan keluarga sebagai tempat dimana manusia dapat mewujudkan panggilan dasarnya untuk mencintai. Dengan demikian, keluarga merupakan suatu persekutuan kasih dan iman.

 

Keluarga Sebagai Komunitas Kasih

Ada pepatah : “kasih bukan hanya terdapat dalam pernikahan, tetapi dalam pernikahan harus ada kasih”. Pernikahan tidak menjamin adanya kasih. Cinta adalah dasar dan jiwa keluarga. Keluarga adalah suatu persekutuan pribadi-pribadi yang mendasarkan eksistensinya atas kasih. Kasih sejati yang menjadi dasar dan tujuan keluarga adalah kasih yang mau membahagiakan orang lain.

Keadaan secara umum sekarang ini menampakkan sisi terang dan sisi gelap kehidupan keluarga. Kita dapat menyaksikan lewat pengalaman di seputar kehidupan kita sehari-hari. Lewat media masa, baik cetak maupun elektronik; kita bisa menemukan adanya kebangkitan dan kejatuhan sebuah keluarga yang sudah dibangun. Berkat kehidupan ekonomi yang lebih baik; kesejahteraan keluarga terjamin, relasi satu sama lain lebih akrab dan mesra, pendidikan anak-anak lebih terjamin, keluarga-keluarga mengikuti berbagai macam tawaran kegiatan untuk menggairahkan relasi cinta satu sama lain, menciptakan variasi-variasi bahkan kejutan-kejutan yang menopang dan memperkaya cinta mereka.

Di lain pihak, dijaman globalisasi yang diwarnai dengan industrialisasi dan urbanisasi membuat anggota keluarga terpencar dan terpisah satu sama lain, artinya tidak tinggal serumah dalam jangka waktu tertentu, pergaulan yang lebih terbuka antara laki-laki dan perempuan membuka banyak peluang terjadinya perselingkuhan, penyelewengan, bahkan perceraian, arus globalisasi juga menawarkan paham-paham baru seperti individualisme, kebebasan total, konsumerisme, hedonisme yang justru memacetkan komunikasi antar anggota keluarga dalam menampilkan identitas dirinya sebagai komunitas kasih.

Allah mengadakan perkawinan dan keluarga sebagai tempat dimana manusia dapat mewujudkan panggilan dasar atau misinya untuk menjaga, mengungkapkan dan menyalurkan cinta. Cinta kasih adalah hakekat Allah sendiri yang menciptakan manusia seturut gambar dan citraNya dan memangilnya untuk mencintai pula. Itu berarti Allah menggoreskan dalam kodratNya, manusia laki-laki dan perempuan, panggilan dan tanggung jawab untuk mengasihi dan hidup dalam persekutuan. Allah mencintai umatNya yang mencapai puncak pemenuhannya dalam diri Yesus Kristus yang dengan penuh kasih menyerahkan diri sebagai penyelamat umat manusia. Cinta Kristus kepada umat manusia dikonkretkan dalam cinta suami istri yang hanya hendaknya hanya mencari kebahagiaan orang yang dicintainya.

Kiat atau cara pembinaan untuk memupuk keluarga sebagai suatu komunitas kasih, misalnya dengan cara:

1)       Mengagumi pasangan.

Cara cinta ini dengan memberikan pujian dan kekaguman atas hal-hal kecil yang dilakukan oleh anggota keluarga. Kalau kita mencermati kehidupan dalam keluarga, kita akan menemukan tiga suasana.

Pertama, rutinitas, segala sesuatunya berjalan rutin. Mulai dari bangun pagi sampai pergi tidur pada malam hari. Hal-hal itu saja yang dikerjakan dan diulang. Keadaan atau situasi rutinitas ini mendapat porsi yang sangat besar dari acara harian keluarga. Kedua, keadaan cemas dan harap; kecemasan dan harapan akan masa depan anak-anak, keadaan ekonomi yang belum mapan, pekerjjan yang tidak tetap dan sebagainya akan cukup menyita perhatian keluarga, Ketiga, suasana yang mendapat porsi paling sedikit dalam keluarga; suasana kejutan, suasana kekaguman satu sama lain. Selama masa pacaran, satu sama lain sangat mudah untuk memuji dan dipuji, namun setelah berkeluarga pujian dan kekaguman jarang dilakukan. Padahal pujian dan kekaguman yang tulus akan dapat memberikan energi “ekstra joss” kepada pasangan kita.

2)      Cinta itu kehadiran.

Menciptakan waktu untuk bisa bertemu dan berkumpul bersama, artinya ada kehadiran dari masing-masing anggota keluarga. Sehingga bisa saling bercerita, berbagi pengalaman, saling mendengarkan sehingga dengan demikian akan tumbuh kedekatan antar anggota keluarga. Selama masa pacaran masing-masing pribadi selalu ingin hadir bagi yang lain, ingin dekat dengan yang dikasihi, betapapun sibuknya. Istilahnya selalu ada waktu untuk dia si kekasih hati, tidak bertemu sebentar saja sudah kangen, melakukan komunikasi terus lewat telepon, sms dls. Ketika sudah berkeluarga, suami istri membutuhkan waktu untuk bisa hadir, mendengarkan suka duka, serta melalui kehadirannya saling meneguhkan dan menyembuhkan. Maka, ciptakanlah waktu untuk bertemu dan berkumpul bersama. Kalaupun waktu dan tempat memisahkan toh sekarang jarak bukanlah menjadi halangan dan alasan untuk tidak berkomunikasi. Bisa melakukan komunikasi lewat telpon, SMS, internet atau apabila Hpnya ada fasiltas 3G maka bisa melakukan komunikasi dengan jelas seperti berhadapan saja. Jadi dengan demikian sebenarnya banyak cara untuk melakukan komunikasi dengan tujuan untuk saling menghadirkan satu dengan yang lainnya.

3)      Cinta itu melakukan hal-hal yang sederhana dan terus menerus.

 Misalnya membawakan bunga, memberi kecupan, atau merangkul merupakan hal yang sederhana, tetapi bila dilakukan terus menerus sungguh sangat membahagiakan pasangan kita. Seringkali kita tergoda untuk memberikan hal-hal yang besar di luar kemampuan kita. Kalau itu memungkinkan, tidak menjadi masalah. Tetapi hal yang biasa-biasa, sederhana, yang kecil-kecil kalau dilakukan dengan tulus secara berulang-ulang akan membahagiakan pasangan kita.

 

Keluarga Kristiani sebagai Komunitas Iman

Keluarga bukan hanya sebagai komunitas biasa tetapi suatu tempat persemaian dan sekolah iman, bahwa dalam keluarga iman serta pengungkapannya diperkenalkan, diajarkan dan dihayati.

Pada jaman modern dan global ini kita menyaksikan banyaknya orang yang mendambakan siraman rohani/iman dalam kehidupannya lewat pendalaman iman, rekoleksi, retret, novena, ziarah dan lain sebagainya. Di sisi lain, arus sekularisasi menjadikan orang alergi dengan hal-hal yang berbau keagamaan. Agama menjadi urusan ‘besok’ atau akhirat. Manusia sibuk mengejar dan memupuk harta/materi, terlalu mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, menomor duakan nilai-nilai moral.

Situasi yang demikian berbeda dengan rencana atau misi Allah waktu menciptakan manusia. Dalam rencana Allah, keluarga merupakan komunitas iman. Bahwa di dalam keluarga, iman disemai, dipupuk dan diperkembangkan. Keluarga sebagai Gereja mini harus menjadi tempat untuk menyalurkan dan mewartakan iman. Misi keluarga ini berakar dalam sakramen Baptis dan Krisma, serta mendapatkan peneguhannya dalam sakramen pernikahan untuk menguduskan dan merombak dunia menurut rancangan Allah sendiri. Oleh sakramen Pernikahan, suami istri dijadikan misionaris-misionaris Kristus untuk mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan, khususnya dalam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka sesuai iman Kristiani.

Cara atau kiat pembinaan agar keluarga tumbuh sebagai keluarga beriman adalah bisa melalui doa bersama dalam keluarga. Sekarang ini betapa sulitnya menemukan waktu yang cocok bagi segenap anggota keluarga untuk berdoa bersama sebagai satu keluarga. Mereka mudah menciptakan kesempatan dan waktu untuk menonton televisi bersama, namun sulit untuk melaksanakan doa bersama. Keluarga yang selalu berdoa bersama akan selalu tinggal bersatu dan bersama.

Gereja hendak mengajak semua umat Katolik untuk senantiasa melakukan pembaharuan hidup sebagai keluarga yang berciri kristiani. Hal ini didorong oleh kesadaran akan pentingnya peran sebuah keluarga, sebagai Gereja mini, untuk menghadirkan kesejahteraan bersama yang bersaksi tentang kebenaran hidup sejati dalam perutusan kasih. Sementara itu keluarga-keluarga menghadapi tantangan dan godaan dunia yang mengaburkan prioritas nilai dalam hidup, suami-isteri yang tidak dapat bertahan dalam kesetiaan janji perkawinan, kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga-keluarga yang mengabaikan hidup iman. Kesadaran ini mendorong munculnya upaya-upaya konkrit untuk mengatasi masalah-masalah hidup dalam keluarga. 

Bagaimana dengan keluarga kita? Dengan gagasan di atas tadi mari kita berlomba-lomba menampakkan keluarga kita sebagai teladan hidup, menjadi kesaksian dan pewartaan yang paling jitu kepada keluarga yang lain, lewat teladan hidup dalam keluarga, kegiatan-kegiatan di gereja dan lingkungan. Semoga. (memet_johan)

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-4653743635474321"
     crossorigin="anonymous"></script>

Komentar

  1. Dengan artikel ini menyadarkan saya pribadi akan pentingnya doa bersama dalam dalam keluarga. Terimakasih, semoga keluarga2 kristiani semakin dikuatkan dalam iman, pengharapan dan kasih 🙏🏻

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAKNAI PERTOBATAN ; BERUBAH DAN BERBUAH !!

PERTOBATAN MEMBAWA KESELAMATAN

KEBIASAAN BAIK UMAT KATOLIK