MAKNA KEBANGKITAN KRISTUS (Refleksi Paskah)
Apa artinya
mempercayai bahwa Yesus “bangkit dari mati”? Salah satunya pengertian yang
pasti adalah, bahwa siapa yang mengikuti Dia akan mengalami hal yang sama.
Kitab Perjanjian Baru jelas memuat hal itu (lihat, contoh, 1 Korintus
15:12-23.).
Tetapi apa arti
dari kata-kata itu? Di satu sisi, kata-kata itu berarti sangat sederhana: Yesus
bangkit “dari mati” (atau dengan kata lain, “dari jenazah”, tubuh yang telah
mati). Kata-kata yang terdapat di dalam kredo (syahadat) pada masa awal
adalah anastasis sarkos dan anastasis nekron, yang
artinya “berdirinya [atau bangunnya] daging” dan “berdirinya tubuh jenazah”.
Kedua ekspresi tersebut berusaha menyatakan kenyataan sebisanya. Anastasis
merupakan kata untuk merujuk postur badan. Sarkos dan nekron
berarti bahwa tubuh yang nyata secara konkrit dari yang telah mati akan
bangkit.
Namun muncul
pertanyaan yang tidak sederhana; Jenis badan/tubuh yang bagaimana yang dimaksud
dalam kebangkitan badan? Kebangkitan badan Yesus menunjukkan bukti yang sangat
lain, bagi para muridnya dan teman-teman dekat Yesus pada awalnya mereka tidak
mengenali Yesus yang tampak dengan badan yang telah bangkit, tetapi kemudian
mengenali setelah Yesus menyatakan kepada mereka. Paulus mengemukakan analogi
untuk menjelaskan ini, walaupun tidak dapat menghilangkan misteri yang
terkandung. Pada 1 Korintus 15, Paulus menganalogikan tubuh (badan) baru kita,
seperti tubuh baru Yesus, adalah berbeda dengan tubuh yang lama yang kita
miliki, perbedaan itu layaknya seperti matahari berbeda dengan bulan, hewan
berbeda dengan tumbuhan, tumbuhan berbeda dengan benih. Bentuk baru tersebut
tidak sesuai dengan kategori dari bentuk yang lama. Namun analogi ini hanya
untuk persiapan bagi kita untuk menghadapi jika bentuk baru tersebut adalah
karya penciptaan baru dari Allah.
Kita juga tidak
mengetahui bagaimana sebenarnya Yesus bangkit. Tidak ada seorang pun yang
menyaksikan kejadian itu secara langsung, yang ada banyak orang yang mengalami
dan menyaksikan kejadian setelah Yesus yang bangkit. Tidak ada yang mengetahui
teknologi bagaimana yang digunakan Allah. Dalam pengertian ini kita tidak dapat
mendefiniskan Kebangkitan. Tetapi kita dapat membedakan Kebangkitan dari 10
(sepuluh) alternatif yang terkadang dapat membingungkan kita.
1. Yesus yang bangkit bukanlah berupa roh atau hantu.
Kebingungan dalam hal ini adalah hal yang pertama muncul di benak para rasul
(Lukas 24:36-43). Yesus membuktikan bahwa anggapan di benak para rasul salah
dengan menunjukkan luka pada tangan dan kaki-Nya yang berupa daging, dan Yesus juga
ikut memakan ikan yang disediakan pada murid-Nya. Roh atau hantu tidak
mempunyai wujud badan atau daging; tetapi Yesus yang telah bangkit memiliki
tubuh yang nyata; oleh karena itu Yesus yang telah bangkit bukanlah hantu.
2. Kebangkitan Yesus Kristus (Resurrection) bukanlah
resusitasi (Resuscitation), bukan seperti pengembalian tidak sadar menjadi
sadar, atau bukan seperti kejadian ‘kebangkitan’ Lazarus yang tertulis di Kitab
Perjanjian Baru. Tubuh Lazarus yang keluar dari kuburannya adalah tubuh yang sama
ketika Lazarus diantar ke dalam kuburannya. Dia masih tetap mengenakan kain
kafan (Yohanes 11:44). Sedangkan kain kafan yang dikenakan Yesus, terlipat rapi
di dalam kubur Yesus (Yohanes 20:6-7). Lazarus pada akhir usia tuanya akan
meninggal, mati lagi. Sedangkan Yesus tidak (Roma 6:9). Lazarus mirip seperti
kebanyakan pasien pada jaman sekarang yang mengalami resusitasi dan kembali
sadar dari “pengalaman hampir-mati” atau “pengalaman keluar-dari-tubuh”. Apapun
kejadian resusitasi tersebut, adalah bersifat sementara. Sedangkan Kebangkitan
Yesus bersifat permanen, kekal, abadi.
3. Kebangkitan Yesus Kristus bukanlah Reinkarnasi.
Reinkarnasi mirip dengan Resusitasi, yang hanya memberikan tubuh yang lain
tetapi tetap berupa tubuh duniawi. Kebangkitan badan/tubuh Yesus adalah
kekal, abadi. Tubuh yang dimaksud dalam kebangkitan adalah tubuh yang lama dan
sekaligus tubuh yang lebih baru daripada tubuh Yesus ketika dibangkitkan. Tubuh
Yesus disebut tubuh yang lama, karena tubuh Yesus masih dapat dikenali oleh
para muridnya, dan Tubuh Yesus disebut tubuh yang baru karena tubuh tersebut
abadi, kekal.
4. Kebangkitan Yesus Kristus harus dibedakan dari
pemahaman mengenai keabadian (immortality) oleh paham plato atau
gnostik. Dimana paham plato atau gnostik memahami keabadian/kekekalan sebagai
terbebasnya jiwa dari keterikatan dari tubuh. Kebangkitan Yesus bukan untuk
dipahami sebagai pencapaian keabadian/kekekalan jiwa. Karena jika kebangkitan
Yesus dipahami seperti demikian maka hal tersebut tidak berbeda dengan
pemahaman yang sudah biasa dimiliki oleh budaya/daerah pada jaman dahulu
seperti Yahudi dan Yunani; yaitu manusia dirasuki oleh suatu “jiwa” yang
kemudian nantinya pada saat hidup dari manusia tersebut berakhir “jiwa”
tersebut keluar dan menuju suatu dunia bayangan yang dinamakan Sheol (Yahudi)
… atau Hades (Yunani) .. atau “heaven” (Budaya saat
ini). Doktrin-doktrin yang dipahami oleh pada masa awal budaya Yahudi dan
Yunani ini dikenal sebagai doktrin “Keabadian Jiwa” berbeda dan tidak ada
hubunganya dengan kisah Kebangkitan Yesus. Kita harus memahami perbedaan
pemahaman ini, bahwa Kebangkitan Yesus adalah suatu kejadian yang baru,
bukti/fakta yang baru terjadi sepanjang sejarah manusia. Yesus lah yang disebut
“buah yang pertama”, “sulung, yang bangkit dari antara orang mati”. Yesus
berkuasa membuka pintu yang terkunci sejak kematian manusia yang pertama. Yesus
telah bertemu, menghadapi, dan mengalahkan Maut. Dan setelah kemenangan Yesus
itu, semua menjadi berbeda karena Dia telah melakukannya.
5. Kebangkitan Yesus Kristus harus dibedakan dari
Penerangan Jiwa (Enlightenment), atau Nirvana, atau satori,
atau moksha — hal-hal serupa yang dikenal dalam agama Hindu atau Budha
sebagai hal yang diharapkan sesudah kematian: yaitu hilangnya pribadi individu
dan suatu penyerapan kembali ke dalam yang Satu, sang Semesta. Sedangkan Yesus
yang telah bangkit adalah individu yang benar-benar berbeda.
6. Kebangkitan Yesus Kristus harus dibedakan dari
‘perpindahan’, ‘pengangkatan’, atau ‘penerimaan’ ke dalam surga. Perpindahan,
pengangkatan, dan penerimaan ke dalam surga dalam perjanjian lama terjadi pada
nabi Henokh (kakek buyut nabi Nuh), Elia, dan Musa. Gereja Katolik mempercayai
hal ini juga terjadi pada Maria ibu Yesus, Maria diangkat ke dalam surga.
Tetapi Yesus bukanlah dibawa dari bumi ke surga dengan Kebangkitan-Nya,
melainkan dari dunia orang mati Dia kembali ke dunia, dunia orang hidup.
7. Kebangkitan Yesus Kristus dibedakan dari sebuah
‘pandangan’, ‘penglihatan’ (vision, pengalaman spiritual). Walaupun
suatu penglihatan yang diadakan oleh Allah, atau oleh alam bawah sadar kita
sendiri, atau oleh roh jahat, sebuah penglihatan pada prinsipnya tetaplah
bersifat spiritual dan subjektif; yaitu berada di dalam kesadaran kita sendiri.
Tetapi yang terjadi pada Kebangkitan Yesus bukanlah suatu ‘pandangan’ atau
‘penglihatan’, Kebangkitan Badan Yesus telah disaksikan oleh orang-orang
banyak, secara terbuka, pada saat yang sama. Bahkan Yesus dapat disentuh dan
makan bersama dengan murid-muridnya.
8. Kebangkitan Yesus Kristus harus dibedakan dari
Legenda. Legenda, walaupun ada bobot nilai kebijaksanaan di dalamnya, adalah
tetap suatu fiksi belaka (tidak nyata) yang dibuat oleh pikiran manusia biasa,
bukan oleh Allah, dan bukan oleh alam.
9. Kebangkitan Yesus Kristus bukanlah mitos. JIka kita ingin membedakan mitos dengan legenda, kita dapat menganggap mitos secara simbolik adalah benar. Sebagai contoh, ada suatu agama di Timur Dekat (kawasan Levant atau Sham, Anatolia, Mesopotamia, dan Plato Iran) yang mempercayai adanya banyak dewa gandum, dewa jagung, dan dewa buah-buahan lainnya yang bangkit dari kematian setiap musim semi. Dewa-dewa ini tidak ada sebenarnya, tetapi kehidupan baru buah yang baru benar-benar ada. Dan jika dihubungkan dengan kisah Kebangkitan Yesus, kelihatannya mirip dan pemikiran yang keliru ini dapat menarik kesimpulan bahwa Kebangkitan Yesus juga adalah mitos. Tetapi Kebangkitan Yesus yang sebenarnya tidaklah mirip dengan mitos. Kebangkitan Yesus punya poin-poin penekanan yang merupakan kenyataan, secara spesifik, benar-benar terjadi pada waktu dan tempat sejarah dan dibenarkan oleh saksi mata. Perjanjian baru secara eksplisit membedakan Kebangkitan Yesus dari mitos dan legenda: “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.” (2 Petrus 1:16).Para demitolog moderen yang mengatakan bahwa mereka mempercayai Kebangkitan Yesus, tetapi hanya sebatas mitos, melakukan peniadaan klaim, mengaburkan data — sama halnya seperti jika ada orang yang mengklaim sebagai seorang Nazi, dan percaya bahwa ras Aria adalah ras yang unggul dari pemahaman mitologi sementara mereka membantah bahwa ras Aria adalah benar-benar unggul.Para demitolog berusaha membantah ini dengan membedakan heilsge-schichte (sejarah suci) dari yang biasanya, sejarah (sekular); dengan mengatakan bahwa Kebangkitan Yesus benar-benar terjadi pada awalnya (sejarah suci), dan tidak terjadi pada sejarah (sekular). Namun usaha ini tidak memadai karena jika hal itu benar terjadi, maka hal tersebut benar-benar terjadi waktu lampu sama halnya dengan kelahiran, perang, baik hal yang buruk atau baik. Dan jika tidak benar terjadi, jangan mengatakan hal tersebut sebagai suatu istilah dengan ‘sejarah’, melainkan cukup dengan mengatakan hal tersebut adalah fiksi.
10. Kebangkitan Yesus Kristus harus benar-benar jelas dibedakan dari apa yang dikemukakan oleh moderenis dalam baris kalimat: “kebangkitan akan iman kebangkitan” dalam hati dan kehidupan para murid. “Iman Kebangkitan ” tanpa Kebangkitan yang sebenarnya adalah suatu kontrakdiksi dan menipu diri sendiri. Iman tersebut adalah iman akan sesuatu yang tidak lebih dari iman itu sendiri. Dan jika hal itu adalah iman, maka kita perlu bertanya: Iman akan iman apa? Iman itu seperti pengetahuan; perlu suatu objek. Jika tidak ada objek, dan hanya iman akan iman itu saja; maka iman itu seperti cermin yang memantulkan cermin yang dihadapannya. Iman dalam iman adalah sesuatu yang tidak benar dan tidak normal. Sama seperti ingin merasakan daging ayam tanpa memakan daging ayam. Para murid tidak dapat mengalami kebangkitan iman dan harapan tanpa suatu kebangkitan yang nyata. Oleh karena itu, Jika bukan karena Kebangkitan Yesus, lalu siapa yang merubah para murid dari takut jadi pemberani dan mengubah dunia? (memetjohan)
Komentar
Posting Komentar